JAKARTA, PANJI RAKYAT: Survei menunjukkan tingkat kepuasaan terhadap kinerja Presiden Jokowi dan Wakil Maaruf selama 3 tahun cukuo tinggi.
Tapi, tentang wacana penundaan waktu bagi pemilu 2024, mayoritas publik tak banyak yang setuju.
Hal itu ditampilkan dalam hasil survei terbaru Algoritma Research and Consulting pada medio 19 hingga 30 Desember 2022.
Disampaikan oleh Direktur Riset dan Program Algoritma Research and Consuting, Fajar Nursahid, kepuasaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi dan Maruf Amin pada periode kedua ini tercatat di atas 50 persen.
BACA JUGA: Mengecam Pembakaran Al-Quran, Pemuda ini Lakukan dengan Cara Cinta
“Sebanyak 61,3 persen publik puas terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf selama 3 tahun terakhir,” ujar Fajar dalam acara rilis survei Alogaritma Research and Consulting di Tamarin Hotel, Jalan KH. Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/1).
Sedangkan dalam jumlah 24,0 persen menjawab biasa saja untuk kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin.
“Adapun sebanyak 12,1 persen (publik yang menjadi responden) merasa tidak puas,” sambungnya membeberkan.
Dijelaskan secara urai oleh Fajar, kinerja Jokowi – Maruf yang dinilai dari sisi pembangunan insfrastruktur. Namun program dari keduanya, seperti program perekonomian seperti KUR dan pengembangan UMKM dinilai sebagai program yang tidak berhasil atau gagal.
“Pembangunan infrastruktur 38,2 persen dianggap berhasil. Tapi program perekonomian (KUR dan UMKM) dianggap gagal oleh 13 persen responden,” urai Fajar.
Terkait dengan kepuasaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi dan Maruf ini, berdasarkan Algoritma adanya penolakan yang cukup tinggi dari publik terhadap realisasi wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.
“Ada sebanyak 76,9 persen publik tidak setuju dengan penundaan pemilu, sementara yang menolak perpanjangan masa jabatan presiden adalah 65,8 persen,” demikian Fajar menambahkan.
Adapun Algoritma Research and Consuting ini memiliki margin of error kurang lebih sebesar 3 persen, pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Berdasarkan survei ini, diikuti 1.214 responden melalui wawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh 66 enumerator.
BACA JUGA: Pemerintah Dimintai Kejelasan Tentang Tindakan Dubes Swedia, Soal Kasus Bakar Al-Quran