JAKARTA, PANJI RAKYAT: Terkait Gunung Karangeteng yang berpotensi mengeluarkan lahar mengalir, untuk itu masyarakat setempat diminta hati-hati.
Gunung yang terletak di Pulau Siau, Provinsi Sulawesi Utara, punya empat parameter lahar yaitu tumpukan material vulkanik, lembah, kemiringan lereng, dan hujan.
BACA JUGA: Peringati Hari Pers Nasional 2023, Jokowi: Tidak Sedang Baik-baik saja
“Keempat faktor itu ada semua di Gunung Karangetang. Jadi, kemungkinan bahaya lainnya berupa banjir atau lahar,” kata Koordinator Gunung Api PVMBG Badan Geologi, Oktory Prambada, di Jakarta, Kamis (9/2).
Dikatakan oleh Oktory, Gunung Karangeteng mempunyai kemiringan lereng yang curam, sehingga jika terkena air dan tumpukan material vulkanik bercampur dapat menyebabkan lahar turun dengan cepat.
“Beberapa sungai-sungai terlewati lahar yang begitu cepat dan beberapa hari langsung hilang karena kemiringannya tinggi. Jadi tidak seperti banjir lahar yang kita saksikan di Semeru atau Merapi,” kata Oktory.
Dari PVMBG mengimbau masyarakat sekitar bantaran Sungai yang berhulu dari puncak untuk mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar saat musim hujan.
Kemaren 8 Februari 2023, Badan Geologi mengeluarkan pernyataan resmi status Gunung Karangetang dari sebelumnya level II atau Waspada menjadi level III atau Siaga.
Dari keputusan yang diambil ini, diambil berdasarkan evaluasi ktivitas vulkanik secara visual dan kegempaan yang menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas.
Di Indonesia sendiri, Gunung Karangeteng merupakan gunung berapi yang masih aktif dengan intesitas erupsi terjadi setahun sekali.
Tipikal gunung saat erupsi, berupa erupsi eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava.
Bahaya dari gunung ini, pada umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar.
Bahaya akan semakin meninggi, lantaran daerah di sekitarannya memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang empat kilometer dan di dalam area itu juga terdapat banyak pemukiman.
Tahun 2000 hingga sekarang, data anomali thermal mencatatkan 1.237 titik panas di Gunung Karangetang. seluruh perhitungan volume magma yang dikeluarkan sebanyak 145 juta meter kubik atau sekitar 21.000 meter kubik per hari.
Pada 24 November 2014 silam hingga saat ini, satelit thermal masih merekam ada 107 titik panas di gunung api tersebut. Akumulasi volume magma yang dikeluarkan mencapai 7 juta meter kubik.
“Mengacu pada potensi bahaya erupsi Gunung Karangetang saat ini, maka diimbau untuk tidak melakukan aktivitas pada radius 2,5 kilometer dari kawah utama serta perluasan sektoral ke arah selatan dan tenggara sejauh 3,5 kilometer,” pungkas Oktory.