JAKARTA, PANJIRAKYAT: Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipidnarkoba) Bareskrim Polri berhasil memburu tiga tersangka dalam kasus peredaran gelap obat perangsang yang dikenal dengan sebutan “poppers.” Obat tersebut digunakan untuk meningkatkan gairah seksual.
“Untuk kasus obat perangsang, inisial tersangka-nya adalah RCL, P, dan MS,” kata Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (22/07/2024).
Kombes Pol. Suhermanto, Kasubdit 3 Dittipidnarkoba Bareskrim Polri menambahkan, bahwa obat untuk kebutuhan hubungan ranjang itu mengandung isobutil nitrit, yang telah dilarang penggunaannya oleh BPOM sejak 13 Oktober 2021.
BACA JUGA: Pertikaian Melibatkan 2 Saudara di Jaksel, 1 Orang Tewas!
Penggunaan obat ini dengan cara dihirup dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, hingga kematian.
Penyelidikan dimulai dari laporan masyarakat pada awal Juli 2024 mengenai maraknya peredaran obat ini. Polisi berhasil mengungkap peredaran poppers di Bekasi Utara dan menangkap tersangka RCL.
Tersangka RCL mengimpor obat tersebut dari China melalui seseorang berinisial E dan menjualnya secara daring. Setelah adanya larangan dari BPOM, RCL mengedarkan obat melalui komunitas tertentu dan menawarkan langsung kepada pelanggan lama melalui media sosial.
Selain RCL, penyidik juga menangkap tersangka P dan MS di wilayah Banten. Mereka menjual obat sejak awal tahun 2022 menggunakan media sosial “X” dan aplikasi khusus LGBTQ bernama “Hornet.”
Obat tersebut diimpor dari L, seorang warga negara China yang kini masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) bersama E.
Atas perbuatannya mereka dijerat dengan Pasal 435 Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan terkait dengan sediaan farmasi dengan ancaman penjara maksimal 12 tahun dan denda Rp5 miliar.