JAKARTA,PANJI RAKYAT: PT Pelayaran Nasional Wibowo Bersaudara ( PWB) adalah perusahaan pelayaran yang mengalami perubahan strategis dalam operasinya. Saat ini, sekitar 50 persen dari armada kapal yang sebelumnya mengangkut batu bara telah beralih operasi ke wilayah timur. Kapal-kapal tersebut kini berfokus pada pengangkutan nikel untuk mendukung kebutuhan grup perusahaan sendiri.
Direktur PT PWB, Harlan Maulana menjelaskan, bahwa perubahan ini didasarkan pada kebutuhan perusahaan tambang nikel yang merupakan bagian dari grup mereka.
“Group kita kan ada perusahaan tambang nikel dan mereka membutuhkan angkutan jadi kita siapkan untuk mereka,” ucap Direktur PT PWB, Harlan Maulana saat ditemuia di Jakarta Selatan, Jumat (29/9/2023).
BACA JUGA: Tagline Peduli Bumi, Upaya Tekindo Wujudkan Pertambangan Hijau Lestarikan Keseimbangan Alam
Sebagai bagian dari strategi ini, PT PWB menjalin kerjasama dengan Bahtera Adhiguna, yang menyediakan sarana pengangkutan batu bara. Kerjasama ini bertujuan untuk memenuhi pasokan kebutuhan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
“Sedangkan untuk batu bara sekarang ini kami banyak melayani Bahtera Adhiguna dan ada satu atau dua shipper yang fokus di situ kita layani, Yang lain lebih banyak di pengiriman batu split dan pasir selain nikel tadi,” kata Harlan.
Harlan mengungkapkan jika harga bisa kembali naik, maka tidak menutup kemungkinan akan kembali berfokus dalam membantu pengiriman batu bara.
Ada isunya bahwa harga (batu bara) yang kemarin bagus itu, sebetulnya itu adalah harga yang tidak normal, justru yang sekarang ini adalah harga yang normal,” ungkapnya.
“Jadi kemarin itu contoh ada satu harga angkut sampai dengan 350 ribu per metrik ton, sekarang ini turun jadi 260 per metrik ton. Bahkan ada yang sampai 180 ribu per metrik ton. Nah itu katanya memang mungkin normal segitu,” kata dia melanjutkan.
Harga turunnya batu bara itu sudah terjadi sejak dua atau tiga bulan kebelakang. Dengan kondisi itu maka PT PWB harus melakukan perubahan rute muatan jangan sampai kapal pengangkut nganggur dan terparkir.
“Harus ada angkutan, jadi apapun kita angkut. Jadi yang dulu 80 persen armada kita ngangkut batu bara, sekarang dibalik 20 persennya untuk batu bara dan 80 persen lainnya untuk yang lain. Jadi ongkos pengiriman batu bara turun, kita banyak main di nikel, pasir dan batu split,” tegasnya.
Kondisi seperti itu bukan hanya dialami oleh PT PWB sendiri, namun oleh beberapa shipper turut mengalami hal yang sama. Mereka kesulitan dalam menawarkan harga ongkir karena harga angkut batu bara yang turun.
“Untuk yang lalu kita bisa mendapatkan sampai kira-kira 10 rute batu bara, sekitar 75 ribu metrik ton setiap bulan,” jelasnya.