JAKARTA, PANJI RAKYAT: Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangareng Hasanuddin alis AP Hasanudin secara terang-terangan berani mengancam membunuh warga Muhammadiyah di media sosial Facebook, soal perbedaan penetapan hari raya Idul Fitri 1444 H.
Menurut Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, hal ini ditandai kegagalan petinggi BRIN.
BACA JUGA: Ibu Mega Sampaikan Pesan untuk Ganjar yang Mau Bertarung di 2024
“Di BRIN kan ada dewan pengarah yang dikomandoi Megawati yang juga dewan pengarah BPIP,” kata Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam melansir RMOL, Selasa (25/4).
Saiful Anam menilai, perbuatan peneliti BRIN ini menjadi pertanda buruk revolusi mental pada lembaga itu.
“Peneliti itu harus siap berbeda pendapat dan pandangan. Dalam keseharian harus terbiasa dengan perbedaan. Jika ada perbedaan lalu mengancam melakukan pembunuhan, maka perlu dicek ulang pola rekrutmennya,” kata Saiful.
Lebih lanjut, kata dia, dalam proses rekrut BRIN terlihat tidak beres. Sebab, seharusnya menerima segala bentuk keragaman. Jika terjadi perbedaan lalu mengancam dengan kekerasan, itu bukan peneliti, tapi preman.
Peniliti BRIN seharusnya bertipikal matang dalam berpikir dan tindakan. Namun malah berbanding lurus, dinilai, BRIN gagal total memberikan contoh baik dalam menghadapi perbedaan dan keberagaman sebagaimana diharapkan Presiden Joko Widodo.gagal total memberikan contoh baik dalam menghadapi perbedaan dan keberagaman sebagaimana diharapkan Presiden Joko Widodo.
BRIN justru akan jadi lembaga membahayakan jika penelitinya seperti AP Hasanuddin semua, maka dapat dikatakan BRIN dihancurkan internalnya sendiri. Kalau ini membudaya, jelas sangat membahayakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kita,” pungkas Saiful.
BACA JUGA: Jokowi Diminta Mematangkan Pikiran Dukung Ganjar, Prabowo Beri Jaminan Apa?