BANDUNG, PANJI RAKYAT: Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah mengunggah gambar palsu yang menampilkan Taylor Swift seperti mendukungnya dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) November 2024 mendatang.
Gambar tersebut, terunggah pada jejaring media sosial miliknya (Truth Social) pada Minggu (18/08/2024). Dalam unggahan itu, ia menunjukkan penyanyi kelahiran West Reding tersebut mengenakan pakaian berwarna merah, putih dan biru dengan tulisan. “Taylor Swift Ingin Anda Memilih Donald Trump.”
Dukungan Politik Taylor Swift sebelumnya bukan Trump
Trump, dalam unggahannya menambahkan tulisan “Saya menerima!” seolah-olah merespons dukungan dari Taylor Swift.
BACA JUGA: Strategi Kamala Harris Tundukan Donald Trump
Namun, Taylor Swift belum pernah secara gamblang menyatakan dukungannya kepada kandidat manapun untuk pemilu 2024. Bahkan, rekam jejak politik Swift menunjukkan bahwa ia cenderung mendukung Partai Demokrat.
Memuat Reuteurs, Taylor Swift secara terbuka mendukung pasangan Joe Biden dan Kamala Harris pada 2020 lalu. Dalam film dokumenter pada tahun yang sama, Swift secara terbuka mengkritik Trump dan kebijakannya.
Dukungan ini semakin memperjelas jarak politik antara Trump dan Swift, menjadikan gambar palsu yang beredar sebagai sesuatu yang sangat mencurigakan.
Fans Swift Mengecam
Setelah gambar tersebut terunggah, berbagai media dan komunitas penggemar Taylor Swift, Swifties, dengan cepat bereaksi.
Banyak yang mengecam tindakan Trump sebagai upaya untuk menyebarkan informasi palsu dan menipu publik. Beberapa bahkan menyebut ini sebagai bentuk manipulasi politik yang tidak etis, mengingat popularitas dan pengaruh Swift di kalangan pemilih muda.
Selain gambar Swift, Trump juga mengunggah foto-foto perempuan muda yang mengenakan kaus bertuliskan “Swifties for Trump” serta sebuah artikel satir berjudul “Swifties Beralih ke Trump Setelah ISIS Menggagalkan Konser Taylor Swift.”
Meskipun artikel tersebut jelas bersifat sindiran, beberapa pendukung Trump tampaknya mengambilnya secara serius menambah kebingungan publik.
Trump sendiri kerap melakukan taktik media sosial kontroversi. Selama masa jabatannya sebagai presiden, ia sering menggunakan Twitter untuk menyampaikan pandangannya secara langsung kepada publik, meski mengandung tanda tanya.
Truth Social yang dibesut oleh Trump muncul, setelah dilarang dari Twitter. Media sosial ini digunkan untuk kepentingan pribadinya.
Banyak pengamat politik berspekulasi bahwa unggahan ini adalah bagian dari kampanye Trump untuk menarik perhatian dan memperluas basis pendukungnya.
Dalam pemilu 2024, Kamala Harris diprediksi akan menjadi kandidat yang kuat dari Partai Demokrat. Survei menunjukkan tren dukungannya mengalami peningkatan.
Apalagi, surveinnya mengungguli Trump dalam beberapa jajak pendapat. Keunggulan ini menjadi tantangan besar bagi Trump, yang berusaha keras untuk mempertahankan relevansinya di kancah politik Amerika.
(Saepul)