BANDUNG, PANJIRAKYAT: Negara-negara kawasan Timur Tengah, menolak dalam rencana relokasi warga Palestina, yang dikeluarkan di Kairo, Mesir.
Mereka menyatakan penolkannya, untuk merelokasi warga Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, pernyataan dari Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), serta Otoritas Palestina dan Liga Arab.
Kesepakatan itu terjadi, setelah sebuah pertemuan di ibu kota Mesir yang dihadiri oleh wakil dari neagra-negara tersebut.
Hadir pula dalam pertemuan itu, pejabat tinggi dari Otoritas Palestina dan Liga Arab. Dalam pernyataan tersebut, para peserta menegaskan komitmen mereka untuk bekerja sama dengan pemerintahan Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump, dalam rangka mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif di Timur Tengah, dengan dasar solusi dua negara.
Penting untuk dicatat bahwa dalam pernyataan tersebut, para pemimpin Arab menekankan bahwa mereka akan terus mendukung hak-hak sah warga Palestina, terutama hak mereka untuk tetap tinggal di tanah mereka sendiri.
“Kami menolak segala upaya untuk merelokasi warga Palestina, baik itu melalui penggusuran paksa atau usaha-usaha lain untuk memindahkan mereka dari tanah mereka,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Penolakan tersebut khususnya merujuk pada rencana kontroversial yang diajukan oleh Presiden Trump pada 25 Januari, yang mengusulkan untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania. Usulan ini mendapat tentangan keras dari kedua negara tersebut.
Yordania dan Mesir menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima rencana tersebut, dengan alasan penghormatan terhadap hak-hak Palestina dan kedaulatan mereka.
Selain itu, pernyataan tersebut juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan koordinasi dalam merencanakan dan melaksanakan proses rekonstruksi Gaza.
Langkah ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kondisi kehidupan sehari-hari warga Palestina yang terdampak oleh konflik, serta untuk menangani masalah pengungsi internal yang masih ada di wilayah tersebut.
Pada 31 Januari lalu, ribuan orang Palestina berkumpul di dekat perlintasan Rafah, satu-satunya jalur yang menghubungkan Gaza dengan Mesir, untuk mengekspresikan penolakan mereka terhadap rencana relokasi ini.
Aksi protes ini menjadi simbol kuat dari penolakan rakyat Palestina terhadap upaya apapun yang bertujuan mengubah demografi wilayah mereka atau memaksa mereka untuk meninggalkan rumah dan tanah mereka.
Pernyataan ini tidak hanya menggarisbawahi solidaritas dunia Arab terhadap Palestina, tetapi juga memperkuat tekad mereka dalam memperjuangkan solusi dua negara sebagai jalan untuk perdamaian yang adil dan langgeng di Timur Tengah.