JAKARTA, PANJIRAKYAT: Miliarder asal India, Gautam Adani, terseret sebuah skandal, yang burujung pada kasus hukum besar.
Pengusahan lansia ini, menjadi di terdakwa di pengadilan Amerika Serikat (AS) terkait dengan pembayaran suap ratusan juta dolar dari perusahannya, Adani Green Energy. Adani juga berupaya mengelapkan transaksi tersebut dari para investor.
Kronologi Skandal Miliarder India
Memuat AFP, kasus ini berawal dari persetujuan Adani untuk membayar lebih dari US$250 juta (sekitar Rp 3,9 triliun) dalam bentuk suap kepada pejabat India.
Hasil dari kesepakatan itu, berencana menghasilkan laba lebih dari US$2 miliar (sekitar Rp 31 triliun) setelah pajak, dalam kurun waktu 20 tahun.
Penyuapan ini bermula dengan “memotivasi” perusahaan distribusi listrik milik negara India agar membeli tenaga surya dari Adani dengan harga di atas harga pasar yang wajar.
“Dakwaan ini menuduh adanya skema penyuapan lebih dari US$250 juta kepada pejabat pemerintah India,” kata Wakil Asisten Jaksa Agung, Lisa Miller, Jumat (22/11/2024).
Menurut FBI, Adani dan tujuh eksekutif dari perusahaannya menjadi terduga penyuap pejabat India untuk mendapatkan kontrak-kontrak yang menguntungkan bisnis mereka.
Beberapa terdakwa lainnya juga berupaya berperan menghalangi penyelidikan terhadap kasus ini.
Dari penyelidikan pihak berwenang mengungkap berbagai bukti, termasuk slide presentasi dan spreadsheet yang menunjukkan pembayaran suap.
Salah satu dokumen mengungkapkan, adanya tanda pembayaran sebesar US$7 juta untuk mengamankan perjanjian pembelian listrik sebesar 650 megawatt, serta US$76 juta untuk kontrak yang lebih besar, yaitu 2,3 gigawatt.
AS Terlibat
Kendati Adani dari India, pihak berwenang AS terlibat karena banyak investor internasional, termasuk dari AS, yang terjerembab dalam tindakan Adani.
Adani telah menyesatkan investor dari AS dan seluruh dunia, ketika ia mengumpulkan lebih dari US$3 miliar untuk mendanai kontrak energi tersebut.
Jain bersandiwara mengenai skema penyuapan tersebut saat mereka mengumpulkan dana dari investor AS dan internasional
Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga terlibat dalam penyelidikan ini, dengan menyebutkan bahwa tindakan Adani dan dua orang lainnya merupakan bagian dari “skema penyuapan besar-besaran.”
Menurut SEC, selama skema ini, Adani Green Energy telah mengumpulkan lebih dari US$175 juta dari investor AS, sementara saham Azure Power juga terdaftar di Bursa Efek New York.
Adani Menampik
Menanggapi tuduhan ini, juru bicara Adani Group dengan tegas membantah semua tuduhan yang diajukan oleh pihak berwenang AS. Mereka menyebut tuduhan tersebut sebagai “tidak berdasar.”
“Adani Group selalu menjunjung tinggi standar tata kelola yang tinggi, transparansi, dan kepatuhan peraturan di semua yurisdiksi operasional kami,” ujar juru bicara tersebut. “Kami meyakinkan para pemangku kepentingan, mitra, dan karyawan kami bahwa kami adalah organisasi yang taat hukum dan sepenuhnya mematuhi semua hukum yang berlaku.”
Akibat dakwaan terhadap Gautam Adani dan eksekutif lainnya membawa dampak besar terhadap perusahaan mereka.
Saham Adani Enterprises, induk perusahaan Adani Group, merosot tajam, dengan nilai pasar perusahaan tersebut merosot hampir 25 persen.
Dampak lainnya, berita tentang dakwaan ini juga mengakibatkan penurunan harga obligasi Adani, serta meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan perusahaan untuk memperoleh utang di pasar AS.
Lembaga pemeringkat kredit Moody’s mengungkapkan bahwa tuduhan terhadap Adani Group dapat berdampak negatif pada kredit perusahaan-perusahaan dalam grup tersebut.
“Fokus utama kami adalah pada kemampuan perusahaan-perusahaan dalam grup Adani untuk mengakses modal dan memenuhi kebutuhan likuiditas mereka,” ujar Moody’s.
Selain itu, Adani Group terpaksa untuk menarik rencana penjualan obligasi senilai US$600 juta. Bahkan, investor seperti GQG Partners yang sebelumnya telah menggelontorkan dana US$1,9 miliar ke perusahaan Adani, kini juga mengkaji ulang investasi mereka setelah berita dakwaan ini muncul.
Dampak untuk India
Tuduhan penyuapan terhadap Adani berpotensi memperburuk sentimen investor terhadap India dan meningkatkan arus keluar dana asing.
Para investor asing sebelumnya sudah mulai menarik dana mereka dari bursa saham India, dan dengan adanya skandal ini, mereka semakin khawatir untuk berinvestasi di India.
“Sentimen negatif terhadap Gautam Adani semakin memperburuk kalkulasi investor asing tentang India,” kata kepala strategi pasar di Raymond James, Matt Orton.
Investor juga khawatir tentang pemberi pinjaman yang terpapar pada Adani Green Energy. Bank-bank India, termasuk State Bank of India, dilaporkan memiliki utang besar yang terkait dengan perusahaan Adani, dengan perkiraan risikonya mencapai lebih dari US$15 miliar.
Efek dari kasus ini tidak hanya dirasakan oleh perusahaan dan investor, tetapi juga oleh regulator di India yang kini berada di bawah pengawasan ketat setelah tuduhan konflik kepentingan terhadap ketua regulator pasar saham, Madhabi Buch, terkait dengan Adani Group.
(Saepul)