• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
Selasa, 26 Agustus 2025
Panji Rakyat
  • Home
  • Dunia
  • Nasional
  • Politik
  • Otomotif
  • Tekno
  • Lifestyle
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Dunia
  • Nasional
  • Politik
  • Otomotif
  • Tekno
  • Lifestyle
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Panji Rakyat
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
ADVERTISEMENT
Home Dunia

Korea Selatan Diprediksi jadi Negara yang Akan Musnah dari Muka Bumi

Penulis Raya
4 Desember 2024
A A
korea selatan

Ilustrasi, (Freepik)

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

JAKARTA, PANJIRAKYAT: Korea Selatan (Korsel) diprediksi berpotensi menjadi negara pertama yang “hilang” dari muka Bumi.

BACAJUGA

Teroris Bom Bali Hambali Tak Bisa Masuk Indonesia, Yusril Beberkan Alasannya

TNI Siap Turun Lakukan Misi Kemanusiaan di Myanmar

The Economic Times melaporkan, penyebabnya lantaran Korsel menghadapi krisis populasi yang parah. Angka kelahiran di negara itu terus anjlok hingga ke tingkat yang sangat rendah.

Jika tren ini terus terjadi, populasi Korsel diperkirakan akan menyusut hingga sepertiga dari jumlah populasinya pada akhir abad ini.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran kepunahan nasional yang bisa menjadi kenyataan mengerikan bagi Korea Selatan.

ADVERTISEMENT

Data statistik Korea yang dirilis pada Rabu (27/11/2024) menunjukkan, Korsel mengalami penurunan angka kelahiran sebanyak 8 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Para ahli memperingatkan, populasi Korsel yang berjumlah 51 juta jiwa dapat berkurang setengahnya pada tahun 2100 jika tren ini terus berlanjut, menurut First Post.

Lantas, mengapa angka kelahiran di Korea Selatan terus menurun?

Penyebab angka kelahiran Korea Selatan menurun

Angka kelahiran nasional di Korea Selatan menyentuh rekor terendah, 0,72 anak per wanita pada 2023. Dan diperkirakan tren penurunan itu akan kembali terjadi di tahun ini, yakni sebesar 0,6 anak per wanita.

Krisis demografi ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satu penyebab utamanya adalah frustrasi di antara pasangan atas meningkatnya biaya hidup dan menurunnya kualitas hidup.

Survei yang dilakukan Dewan Nasional Perempuan Korea dan dirilis oleh The Korean Times pada 2024 menunjukkan, lebih dari 7 dari 10 penduduk Seoul menganggap bahwa melahirkan adalah beban yang memberatkan bagi wanita.

Tren ini menunjukkan bahwa penduduk Korsel semakin menjauhi pernikahan dan menjadi orangtua.

Dari 1.000 responden yang berusia 20-49 tahun, sebanyak 75,8 persen mengatakan bahwa melahirkan adalah tugas berat bagi perempuan.

Orang yang paling muda cenderung memandang peran orangtua secara negatif, dengan lebih dari 84 persen dari mereka berusia 20-an tahun.

Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan responden yang berusia 30-an yakni 80,1 persen dan mereka yang berusia 40-an tahun sebanyak 65,2 persen.

Adapun 8,3 persen responden menyatakan bahwa memiliki anak adalah hal yang membahagiakan.

Saat ditanya hal paling mengkhawatirkan dari melahirkan, 68,4 persen responden beranggapan bahwa melahirkan dan mendidik anak adalah aktivitas yang melelahkan dan menyulitkan fisik mereka.

Selain itu, melahirkan juga membuat karier wanita menjadi terjeda. Sementara di daerah perkotaan Korea Selatan, banyak perempuan lebih mengutamakan karier mereka.

Di sisi lain, biaya pendidikan anak yang mahal juga menyebabkan responden merasa melahirkan adalah tugas berat bagi perempuan.

Menurut laporan yang dirilis The Economic Times pada 30 November 2024, salah satu faktor paling signifikan yang berkontribusi terhadap krisis fertilitas adalah kesenjangan gender.

Di Korea Selatan, perempuan masih berjuang menjadi kemitraan yang setara. Iklim politik negara tersebut telah melihat peningkatan sentimen anti-feminis, khususnya di kalangan laki-laki yang lebih muda.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang memenangkan pemilihan 2022 menyerukan penghapusan kuota gender dan menyatakan bahwa feminisme adalah akar penyebab memburuknya hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Hal tersebut kemudian memicu pertempuran politik dan budaya yang sengit, dengan presiden yang menuai kritik dari para aktivis hak-hak perempuan yang semakin memecah belah masyarakat.

Ketidakseimbangan gender ini kemudian memicu frustrasi, baik di pihak laki-laki dan perempuan.

Awal mula penurunan angka kelahiran di Korea Selatan

Penurunan angka kelahiran di Korea Selatan bermula pada tahun 1960-an. Saat itu, pemerintah khawatir tentang pertumbuhan penduduk yang melampaui pembangunan ekonomi.

Akibatnya, pemerintah setempat menerapkan kebijakan keluarga berencana untuk menahan angka kelahiran.

Pada saat itu, pendapatan per kapita Korea Selatan hanya 20 persen dari rata-rata global, sementara angka kelahiran sangat tinggi, yakni 6 anak per wanita.

Pada 1982, ketika ekonomi sedang berkembang pesat, angka kelahiran telah turun menjadi 2,4. Angka ini masih di atas tingkat penggantian sebesar 2,1 tetapi menuju arah yang benar.

Setahun kemudian, angka kelahiran turun ke tingkat pengganti. Dan sejak saat itu, angka kelahiran telah menurun dengan cepat.

Apa yang dulunya merupakan penurunan yang terkontrol dengan hati-hati, kini telah menjadi krisis, dengan proyeksi yang menunjukkan populasi Korea Selatan menyusut dari 52 juta menjadi hanya 17 juta pada akhir abad ini.

Dalam skenario terburuk, sejumlah perkiraan memprediksi negara tersebut bisa kehilangan hingga 70 persen penduduknya dan hanya menyisakan 14 juta orang.

Situasi ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan menimbulkan tantangan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Upaya Korea Selatan meningkatkan angka kelahiran

Pemerintah Korea Selatan telah mengupayakan sejumlah program untuk meningkatkan angka kelahiran.

Misalnya, dengan merekrut pekerja asing untuk mengasuh anak, memberikan keringanan pajak, dan mengusulkan agar pria yang memiliki tiga anak atau lebih pada usia 30 tahun dibebaskan dari wajib militer.

Akan tetapi, sejauh ini upaya-upaya ini belum memberikan dampak yang berarti.

Di beberapa negara maju, imigrasi menjadi faktor kunci untuk mengurangi dampak penurunan angka kelahiran.

Beberapa pria Korea Selatan, khususnya di daerah pedesaan, menghadapi kelompok calon pengantin yang menyusut, sehingga memilih menikah dengan wanita asing, seperti Vietnam.

Sejak 2000, angka pernikahan pria Korea Selatan dan wanita asing telah melonjak hingga 20 persen.

BACA JUGA: Parlemen Memanas, Korea Selatan Deklarasi Darurat Militer!

Namun, lagi-lagi, Korea Selatan kurang berhasil dalam menarik imigran. Pernikahan ini justru menunjukkan ketidakseimbangan gender dalam rumah tangga dan masalah budaya yang lebih kompleks.

Penelitian menunjukkan, wanita migran dalam pernikahan ini menghadapi tantangan yang berbeda. Pada tahun pertama pernikahan, hanya 20 persen dari istri kelahiran luar negeri yang bekerja, dibandingkan dengan 50 persen wanita pribumi.

Selain itu, wanita dalam pernikahan ini cenderung menghasilkan 500 dollar Amerika Serikat, lebih sedikit daripada rekan-rekan Korea mereka.

Di banyak rumah tangga, khususnya mereka yang memiliki istri non-Korea, suami memegang kendali atas keuangan, dengan 33 persen dari pernikahan tersebut melaporkan bahwa suami memutuskan bagaimana uang akan dibelanjakan.

 

(Raya)

Tag: bumikorea utarakorselpendudukpopulasi

Artikel Terkait

pemimpin hamas tewas
Dunia

Pemimpin Hamas Tewas, Israel Pamerkan Video Detik-Detik sebelum Meninggal

19 Oktober 2024
liam payne
Dunia

5 Orang Jadi Tersangka Kematian Liam Payne, karena Pembiyaran?

2 Januari 2025
Dunia

Bagaimana Cara Pemerintah Menyelamatkan WNI di Tengah Konflik Palestina- Israel?

13 Oktober 2023
Dunia

Spanyol akan Menetapkan Cuti Menstruasi Berbayar, Bentuk Menghargai Kaum Wanita?

17 Februari 2023
kerangka viking
Dunia

50 Kerangka Viking Ditemukan ‘Terawat’, Ada Perempuan di Kereta

2 Oktober 2024
Dunia

Megawati Senang Kasih Ucapan Ke Presiden China, Terbaru Beri Selamat Pada Xi Jinping untuk 3 Periodenya

11 Maret 2023
Artikel Selanjutnya
subsidi UMKM

UMKM Bakal Diguyur BBM Subsidi, Tapi Maaf Tidak BLT!

Artikel Terpopuler

  • pajak kendaraan 2025

    Jangan Lupa, Ini Daftar Jenis Pajak Kendaraan Harus Dibayar 2025!

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Peringkat Brand Mobil terbesar di Dunia 2024, Ada Jagoan Mu?

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • 6 Orang Terkaya Sumatera Utara, Terakhir Berjuluk ‘Raja’

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Perbedaan Seragam Loreng Komcad dan TNI, Serupa Tapi Tak Sama!

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Obat Alprazolam untuk Panik Berlebih, Tapi Ini Kategori Dilarang Konsumsi!

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0

Berita Terbaru

Amplop Arya Daru

Amplop Misterius Datang ke Keluarga Arya Daru, Berisi Beragam Simbol!

25 Agustus 2025
noel ott (2)

Noel Bantah Kena OTT, KPK Fokus Buktikan Kebenaran Perkara

25 Agustus 2025
Noel hukum mati

Pernyataan Terdahulu, Bikin Noel Dianggap Layak Dihukum Mati!

24 Agustus 2025
noel hukum mati

Komitmen Lalap Noel, Gaungkan Hukum Mati Koruptor Malah Tersangka di KPK!

23 Agustus 2025

Panji Rakyat merupakan portal berita yang hadir sebagai media online dan menjadi sumber referensi informasi terpercaya yang aktual dan berimbang.

Part of:

Informasi Lainnya

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber

Kontak

  • kontak@panjirakyat.com
© 2022 Panji Rakyat
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Dunia
  • Nasional
  • Politik
  • Otomotif
  • Tekno
  • Lifestyle

© 2022 Panji Rakyat