BANDUNG, PANJIRAKYAT: Ramai di jejaring media sosial terkait ‘bapak resign dan memilih menjadi bapak rumah tangga, seolah menjadi tren di China.
Ternyata, bukan tanpa alasan hal ini menjadi fenomena baru di Tiongkok. Masalah ini berasal dari pergeseran masalah sosial.
Penyebab Para Bapak Resign dan Beralih Mengurus Rumah Tangga di China
Salah satu pendiri platform konseling psikologis daring, Pan Xingzhi menjelaskan, perubahan ini dampak dari seiring wanita yang hak-haknya, serta langkah mereka pada pendidikan lebih tinggi.
Alasan lainnya, menurut Pan Xingzhi, bagi para pasangan di China membiarkan bapak resign atau berhenti kerja untuk mengurus rumah tangga yang lebih ekonomis daripada harus mengandalkan pengasuh.
Sebagai salah satu bukti nyata, seorang bapak bernama Chen Hualiang, memilih resign dari pekerjannya sebagai manajer proyek menuju menjadi bapak rumah tangga.
“Saat Anda bekerja, Anda memimpikan karier yang hebat dan uang ini akan membantu keluarga. Tetapi tidak ada yang pasti, gaji belum tentu merupakan hal yang paling dibutuhkan keluarga Anda,” ungkapnya melansir The Japan Times, Kamis (10/10/2024).
Menurut bapak dua anak itu, saat bekerja, ia hanya berperan sebagai pengatur keuangan, tetapi tidak mengurus anaknya. Oleh karena itu, sehingga hubungan bapak dan anak menjadi berjarak.
“Saya ingin menjadi seperti teman bagi anak-anak saya, sehingga mereka dapat berbagi banyak hal dengan saya,” katanya
Survei
Mulanya, selama berabad-abad, norma sosial di negeri tirai bambu itu, seorang kepala rumah tangga, bapak bertindak sebagai pencari nafkah anak-istri.
Kini menjadi bergeser, para pria berstatus ayah justru cepat-cepat resign dari perusahaan tempat bekerja. Setelah kehidupannya habis pada pekerjaan, mulai menata dapur layaknya ibu rumah tangga meliputi, memasak, membersihkan rumah, hingga mengurus anak-anaknya.
sejak data survei 2019 lalu, para bapak sepakat menjadi bapak rumah tangga Jumlah tersebut meningkat dari 17 persen dari tahun 2007.
(Saepul)