BANDUNG, PANJIRAKYAT: Suku Kajang melekat dengan hutan dan menjaga hayati. Indonesia memiliki etnik yang beragam, salah satunya adalah Suku Kajang yang berada di di Desa Tana Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Terkemuka dengan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan, Suku ini ternobatkan sebagai penjaga hutan hujan tropis terbaik di dunia.
Memuat The Washington Post, Suku Kajang berkontribusi dalam konservasi menjaga alam bumi melalui kebijakan-kebijakan yang mereka buat untuk melestarikan hutan.
Geografi dan Struktur Sosial Suku Kajang
Secara geografis, daerah Suku Kajang tersebar dua bagian, yaitu Kajang Dalam (tau Kajang) dan Kajang Luar (tau Lembang).
Batas antara kedua wilayah ini memiliki tanda tersendiri yakni gerbang berarsitektur tradisional Kajang. Lokasinya berada pada 200 kilometer arah timur dari Kota Makassar.
Mereka telah mempertahankan tradisi kuno adalah tradisi kuno, yaitu tallasa kamase-mase. Tradisi ini mengsyartkan komunitas Kajang dalam struktur sosial tetap sederhana tanpa kemewahan.
Arti lain dari tallasa kamase-mase menghindari keinginan berlebihan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal makanan maupun pakaian.
Dengan pendekatan ini, masyarakat Kajang berupaya untuk menjaga kelestarian hutan, menghindari eksploitasi berlebihan, dan memegang makna keseimbangan.
Pembangunan rumah pun berdiri dari keseirasan dalam bahan, ukuran, dan arah, untuk menghindari rasa iri yang bisa menyebabkan kerusakan pada hutan.
Syarat Penebangan Pohon
Dalam praktik penebangan pohon, Suku Kajang memiliki aturan adat yang ketat dan berprinsip. Mereka tidak boleh menebang pohon sembarangan, terdapat aturan sebagai prosedur mereka.
Satu penebangan pohon harus menganti penanaman dua pohon , yang lokasi penanamannya sesuai dengan arahan kepala adat.
Penebangan boleh dilakukan ketika pengganti telah tumbuh subur dan pohon yang telah tertebang harus terangkat dengan hati-hati agar tidak merusak tanaman lain di sekitarnya.
Pengobatan
Selain itu, Suku Kajang memiliki doti yang berkaitan dengan pengobatan tradisional dan penggunaan tumbuhan obat.
Istilah ini merujuk pada pengetahuan dan keahlian dalam memilih, mengolah, dan mengaplikasikan tumbuhan obat.
Doti didasarkan pada prinsip-prinsip ekologi dan keseimbangan alam, membantu masyarakat Kajang merawat dan melindungi keanekaragaman hayati serta ekosistem hutan.
Keberhasilan Suku Kajang dalam menjaga kelestarian hutan telah mendapatkan pengakuan internasional, dengan berbagai penghargaan dan apresiasi dari organisasi-organisasi global.
Penghargaan ini bukan hanya menjadi kebanggaan bagi Suku Kajang, tetapi juga menginspirasi masyarakat lokal dan internasional untuk mengambil tindakan dalam melindungi alam.
Dengan demikian, Suku Kajang merupakan contoh inspiratif tentang bagaimana tradisi dan kearifan lokal dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan pelestarian alam.
(Saepul)