JAKARTA, PANJIRAKYAT: Nilai tukar atau kurs Rupiah pada Dollar Amerika Serikat (AS) menurun, sejak Senin (28/10/2024). Penurunan ini, menjelang pemilihan Presiden AS 2024.
Adapun, kurs saat ini turun 77 poin atau 0,50 persen menjadi Rp15.724 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.647 per dolar AS.
“Para pedagang sebagian besar condong ke dolar AS untuk mengantisipasi pemilihan presiden 2024, yang tinggal seminggu lagi,” kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi melansir Antara, Senin.
Selain itu, keresahan pada gejolak konflik yang lebih besar memanas di Timur Tengah, meski sudah mereda lantaran Israel tak menyerang fasilitas minyak dan nuklir di Teheran, Iran.
Kendati begitu, Iran menyatakan, akan membalas serangan yang dilancarkan Israel, apalagi para pemimpin Iran meremehkan serangan yang sudah terjadi.
Kekhawatiran lainnya, ketidakpastian atas pemilihan Presiden AS juga diharapkan menjadi permintaan safe haven, terutama dengan jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Namun, dolar tampaknya lebih diuntungkan dari ketidakpastian itu.
Konsen pada Minggu ini, pada serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan petunjuk, diantaranya data produk domestik bruto dari AS dan zona euro akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, sementara data indeks harga PCE, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, juga akan dirilis akhir pekan ini.
Adapun kurs rupiah dan dollar dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke level Rp15.729 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.629 per dolar AS.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rupiah kemungkinan melemah, akibat rilis klaim pengangguran di Amerika Serikat (AS). Sempat menguat ke angka 0,27 persen (42,5 poin) menjadi Rp15.584 dolar AS, Kamis (24/10/2024).
“Rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini, meskipun indeks dolar AS terlihat bergerak lebih rendah. Indeks dolar AS berada di posisi 104,05 dibandingkan sebelumnya di posisi 104,40,” kata Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra melansir RRI, Jumat (25/10).
Ariston menilai, pergerakan pergerakan indeks dipengaruhi data ekonomi terbaru AS.”Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS semalam menunjukkan klaim tunjangan yang lebih rendah dari perkiraan,” ujarnya.
Adapun klaim pengangguran di AS tercatat sebesar 222 ribu, sementara perkiraannya dengan nilai 242 ribu. Ia menekankan, hal ini memberikan sinyal ketenagakerjaan negeri Paman Sam itu masih baik.
“Sehingga The Fed berpotensi tidak memangkas suku bunga AS dengan agresif ke depannya. Sentimen penguat dolar AS seperti peluang kemenangan Trump dan ketegangan Timur Tengah, juga masih berlangsung,” ucap Ariston.
(Saepul)