JAKARTA, PANJI RAKYAT: Ibu Kota Indonesia, Jakarta kembali menduduki peringkat kedua udara terburuk Senin, (26/08/2024).
Berdasarkan data dari IQAir pada pukul 05.20 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta berada di angka 177, yang masuk dalam kategori tidak sehat. Polusi udara yang didominasi oleh partikel PM2,5 mencapai konsentrasi 92 mikrogram per meter kubik.
Indeks Kualitas Udara atau AQI adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat kualitas udara di suatu wilayah. Skala ini mencakup beberapa kategori, mulai dari baik hingga berbahaya, berdasarkan konsentrasi polutan udara utama seperti PM2,5, PM10, ozon, nitrogen dioksida, sulfur dioksida dan karbon monoksida.
BACA JUGA: Banjir Bandang Ternate, 13 Orang Meninggal Dunia
Partikel dengan intensitas PM2,5 menjadi indikasi polusi udara yang paling berbahaya. Dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu kurang dari 2,5 mikrometer, partikel ini mudah terhirup dan dapat menembus jauh ke dalam paru-paru, bahkan masuk ke aliran darah.
Konsentrasi PM2,5 yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada seperti asma.
Dengan AQI mencapai 177, kualitas udara Jakarta pada hari ini tergolong tidak sehat, terutama bagi kelompok sensitif seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan masalah kesehatan pernapasan.
Polusi udara pada tingkat ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta memperburuk kondisi kesehatan yang ada. Sehingga, sangat disarankan bagi kelompok sensitif untuk membatasi aktivitas di luar ruangan.
Selain itu kualitas udara yang tidak sehat seperti yang terjadi di Jakarta saat ini dapat memberikan dampak negatif tidak hanya pada manusia tetapi juga pada hewan.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat merusak organ tubuh, meningkatkan risiko penyakit kronis, dan bahkan memperpendek harapan hidup.
Bukan hanya itu, polusi udara juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tumbuhan, merusak ekosistem, serta mengurangi nilai estetika lingkungan.
Adapun kota dengan terburuk pertama di atas Jakarta, Kinhasa dari Kongo yang berada di angka 184. Kemudian, urutan ketiga, ada Kuwait City dengan angka 164 dan terakhir adalah Kampala dari Uganda dengan angka 151.
(Saepul)