JAKARTA, PANJIRAKYAT: Tim kampanye mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana unik yang akan dilakukan oleh calon presiden dari Partai Republik ini. Trump akan menjajal pengalaman baru dengan bekerja di belakang konter McDonald’s selama acara kampanyenya di Philadelphia pada hari Minggu, 21 Oktober 2024.
Pengumuman ini menjadi sorotan setelah Trump sebelumnya secara konsisten mengejek Wakil Presiden Kamala Harris terkait pekerjaan masa lalunya di restoran cepat saji tersebut.
Dalam beberapa minggu terakhir, Trump telah mengisyaratkan rencananya ini kepada para pendukungnya.
“Apakah Anda tahu apa yang saya lakukan minggu depan? Saya akan pergi ke McDonald’s untuk bekerja!” ucapnya kepada kerumunan di Nevada pada 10 Oktober, seperti dilaporkan oleh Mirror.
Tanggapan Harris terhadap olok-olok Trump muncul dalam sebuah wawancara dengan Stephanie Ruhle dari MSNBC. Ia menekankan bahwa pengalaman kerjanya di McDonald’s memberikan perspektif unik tentang kehidupan banyak orang Amerika.
“Saya bekerja di sana sebagai mahasiswa,” katanya, menyoroti bahwa banyak pekerja di restoran tersebut berjuang untuk menghidupi keluarga mereka.
Sementara itu, ketika membahas kondisi ekonomi, Ruhle mencatat bahwa jajak pendapat menunjukkan bahwa banyak pemilih mempercayai Trump lebih mampu menangani masalah ekonomi dibandingkan dengan Harris.
Menanggapi hal itu, Harris menegaskan bahwa latar belakang kerjanya membuatnya lebih relatable dengan masyarakat umum dibandingkan Trump, yang sering dituduhnya tidak memahami realitas kehidupan sehari-hari.
Trump, di sisi lain, terus menuduh Harris berbohong tentang pengalaman kerjanya di McDonald’s. Dalam sebuah kampanye di Indiana pada bulan September, Trump menegaskan, “Tetapi dia (Harris) mengatakan dia bekerja, dan tumbuh dalam kondisi yang buruk, dia bekerja di McDonald’s, DIA TIDAK PERNAH BEKERJA DI SANA!”.
BACA JUGA: Janji Elon Musk ketika Bertemu Alien
Dengan rencana untuk bekerja di McDonald’s, Trump tampaknya berusaha untuk menciptakan momen kampanye yang menarik, meskipun dengan potensi kontroversi yang mengikutinya.
Ini juga bisa dilihat sebagai upaya untuk menghubungkan kembali dengan pemilih kelas menengah yang mungkin merasakan kesulitan ekonomi. Seiring dengan semakin dekatnya pemilihan, langkah ini dapat memiliki dampak signifikan pada citra publik dan strategi kampanye Trump.
(Agung)