BANDUNG, PANJIRAKYAT: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menyatakan, tidak akan membiarkan politik kotor merusak negaranya dan Asia Tenggara, sebagai tanggapan pada wakil presidennya, Sara Duterte.
“Sebagai negara demokratis, kita harus menjunjung tinggi supremasi hukum,” kata Marcos dalam pernyataan videonya, Senin 926/11/2024).
Marcos buka suara, usai munculnya ancaman Wakil Presiden Duterte yang memberikan ancaman, akan membunuh presiden dan istrinya, Liza Areneta, Marcos, beserta Ketua DPR Romualdez .
Ia mengatakan, kebenaran tidak bisa terbungkam dan drama politik saat ini bisa saja selesai, jika pihak-pihak terkait menjawab pertanyaan sah dari legislator.
Diketahui sebelumnya, Wapres Duterte menuding sepupu Marcos, Romualdez menginginkan pembunuhan. Duterte beranggapan, bahwa ia menjadi ancaman bagi Romualdez yang menjajaki pemilihan presiden Filipina 2028.
“Kalau saya dibunuh, saya katakan, jangan berhenti sampai kalian membunuh mereka, dan dia kemudian bilang ‘ya’,” ucap Duterte kepada seseorang yang dimintanya untuk membunuh.
Duterte, kini mendapatkan pengawasan yang ketat di DPR Filipina, lembaga tempat Romualdez menghentikan dana khusus yang dialokasikan bagi kantornya.
Hal dilaporkan oleh Romualdez, yang tampaknya ingin mencalonkan diri dalam pilpres Filipina 2028 mendatang.
Dengan menekankan pentingnya peran kongres “cabang independen” pemerintahan, tetapi Marcos menyatakan, tidak akan mengorbankan supermasi hukum yang berlaku untuk semua orang.
Ia mengingatkan elite pemerintah tentang kewajiban mereka untuk memberikan jaminan negara dan konstitusi, dan menekankan bahwa pejabat terpilih tidak boleh menekan pencarian kebenaran.
Marcos dan Duterte bersatu sebelum pilpres 2022, yang memberikan pasangan ini masa jabatan enam tahun. Namun, kondisinya berbalik, dalam beberapa bulan terakhir. Lalu, Duterte mengundurkan diri dari kabinet Marcos, yang memberinya tanggung jawab dalam bidang pendidikan.
(Saepul)