BANDUNG, PANJIRAKYAT: Untuk mengetahui peristiwa bersejrah. Simak 5 novel bersejarah tema G30S PKI. Peristiwa Gerakan 30 September PKI (G30SPKI) merupakan salah satu tragedi kelam dan tumpah darah yang tak luput dalam sejarah bangsa Indonesia dalam dekade 1960-an.
Kisah ini telah menginspirasi banyak penulis Tanah Air, yang mengangkat tema tersebut dalam berbagai novel. Tidak heran juga hingga terangkat dalam dunia layar lebar.
Novel Sejarah G30S PKI
Melansir berbagai sumber, berikut novek sejarah berlatarkan peristiwa sejarah G30S/PKI:
- Pulang: Dalam novel berjudul Pulang, Leila S. Chudori mengkisahkan kehidupan empat eksil politik Indonesia yang mendirikan Restoran Tanah Air di Paris, Prancis.Cerita ini berpusat pada Dimas Suryo, Nugroho Dewantoro, Risjaf dan Tjahjadi Sukarna (Tjai Sin Soe), yang merupakan jurnalis sebelum peristiwa 30 September 1965. Saat menghadiri Konferensi International Organization of Journalist di Santiago, Chile, mereka terjebak dan tidak bisa kembali ke Tanah Air akibat peristiwa yang mengubah sejarah tersebut.
- Amba: Kedua, Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak menggambarkan romantisme serta tragedi yang terjadi di tahun 1965. Cerita ini berfokus pada hubungan antara Amba dan Vhisma di tengah ketegangan yang melanda Indonesia.Pulau Buru menjadi tempat yang menjadi kisah kehidupan mereka yang mencekam saat harus menghadapi situasi genting akibat konflik politik yang terjadi.
- Gadis Kretek: Sebelum menjadi film, Gadis Kretek adalah novel karya Ratih Kumala, mengangkat latar peristiwa 30 September 1965 dengan fokus pada budaya Jawa dan industri kretek di awal kemerdekaan.Novel tersebut terbit oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2012, menceritakan perjalanan dan perjuangan para pekerja pabrik kretek di tengah perubahan sosial dan politik di Indonesia.
- 65 Lanjutan Blues Merbabu: Selanjutnya, sebagai penerus tulisan dari novel Blues Merbabu, 65 mengisahkan perjalanan anak seorang eks-PKI yang berusaha berdamai dengan masa lalu.Novel ini mengambil latar di berbagai lokasi, termasuk kota kecil di Jawa Tengah, Bangkok, Hongkong, dan Jakarta. Melalui cerita ini, Gitanyali menggambarkan dampak jangka panjang dari peristiwa G30S PKI terhadap kehidupan masyarakat.
- Ronggeng Dukuh Paruk: Terakhir, novel sejarah yang bertema G30S PKI, dari pena Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk, adalah novel yang sangat terkenal dan menyentuh.
Rilis perdana pada 1982, novel ini mengisahkan seorang penari ronggeng bernama Srintil dan sahabat masa kecilnya, Rasus, yang berprofesi sebagai tentara. Cerita ini berlatar di sebuah desa kecil yang didera kemiskinan dan kelaparan, serta mencerminkan dampak peristiwa G30S/PKI terhadap kehidupan masyarakat desa.
Peristiwa G30S PKI tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga sumber inspirasi bagi banyak penulis untuk menggali dan menceritakan kembali kisah-kisah yang menyentuh hati.
Melalui novel-novel ini, kita dapat merenungkan dampak dari tragedi tersebut dan memahami konteks sejarah Indonesia lebih dalam.
(Saepul)