JAKARTA, PANJIRAKYAT: Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, koalisi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tidak gemuk.
Ia membandingkan, dengan era pemerintahan sebelumnya. Namun, secara kabinet, menjadi yang terbanyak.
“Sebenarnya dibandingkan periode pertama Jokowi, periode pertama dan kedua SBY, situasinya tidak gemuk, juga tidak terlalu kecil hanya sekitar 70 persen,” kata Arya dalam diskusi bertema “Merespons Kabinet Prabowo-Gibran: Implikasi, Risiko, dan Masukan” di Auditorium CSIS, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Ia melanjutkan, sejak era pemilihan presiden secara langsung pada tahun 2004, seorang kepala negara terpilih tentunya sangat ingin pemerintahan yang berjalan stabil, dengan dukungan anggota DPR RI atau parlemen, sehingga program bisa berjalan semestinya.
Dengan begitu, kadar koalisi pendukung pemerintahan biasanya cenderung lebih besar daripada koalisi pemilu atau saat pasangan calon presiden dan wakil presiden maju dalam pilpres.
Arya menerangkan, maka sebenarnya koalisi Prabowo dan Gibran tidak gemuk secara angka 69,4 persen, dari hasil koalisi pemerintahan yang didapatkan oleh gabungan partai politik yang meraih kursi DPR periode 2024-2029.
Jika sebelumnya, era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004, koalisi pemerintahan tercatat 74,18 persen, begitu juga dengan periode kedua yang tidak jauh beda yakni 75,54 persen.
Sedangkan, saat era Joko Widodo (Jokowi) koalisi pemerintahan tercatat 68,93 persen dan periode selanjutnya sebanyak 91,30 persen.
“Jadi koalisi pemerintahan Prabowo okelah di angka 69 persenan, tetapi memang yang gemuk itu adalah jumlah menterinya,” ujarnya.