JAKARTA, PANJIRAKYAT: Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slamet, menyoroti pentingnya mitigasi bencana sebagai bagian integral dari pendidikan di Indonesia terkait dengan potensi megathrust.
Menurut Edy, Memasukkan mitigasi bencana dalam kurikulum sekolah, baik dimulai dari playgroup hingga sekolah dasar, bertujuan untuk memberikan pemahaman dini kepada anak-anak akan risiko dan cara menghadapinya.
Dengan ini akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih siap dan tangguh menghadapi bencana.
“Jadi seperti di Jepang yang sudah punya mitigasi bagus, masuk ke kurikulum sekolah, bahkan playgroup dan sekolah dasar sudah dapat,” kata Eddy melansir RRI, Minggu (08/09/2024).
Ia melanjutkan, Indonesia terletak di tengah tiga lempeng besar (Eurasia, Australia, dan Pasifik), memiliki potensi tinggi pada bencana gempa bumi, begitupun dengan megathrust.
“Ada lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik sehingga yang namanya gempa sebuah keniscayaan dan tidak bisa dihindari,” ungkap Edy.
Edy juga menerangkan, Saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi dengan pasti kapan megathrust atau gempa bumi besar akan terjadi. Oleh karena itu, fokus pada pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak.
Edy menekankan bahwa dampak ikutan dari gempa bumi, seperti keruntuhan bangunan atau kejadian lain yang disebabkan oleh gempa, sering kali lebih mematikan daripada gempa itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara melindungi diri dan mencegah bahaya sekunder sangat penting.
Masyarakat memegang peranan penting dalam mitigasi bencana. Dengan pemahaman dan persiapan yang tepat, mereka dapat mengurangi risiko dan dampak bencana secara signifikan.
(Saepul)