BANDUNG, PANJIRAKYAT: Chatbot berbasis kecerdasan AI, ChatGPT dan Meta AI merupakan hasil garapan perusahaan teknologi besar, yakni OpenAI dan Meta.
Walau keduanya bisa berinteraksi dengan manusia yang membutuhkan informasi rinici, terdapat sejumlah perbedaan signifikan di antara keduanya, baik dalam hal teknologi, tujuan pengembangan, maupun aplikasi yang dihadirkan.
Perbedaan ChatGPT dan META AI
Memuat Jurnal Teknologi dan Inovasi, Minggu (22/12/2024), perbedaan besar yang kentara dari keduanya terletak pada jenis teknologi dan arsitektur.
ChatGPT, hasil development OpenAI, menggunakan model bahasa besar yang terkonsep dengan sejumlah besar data teks untuk menghasilkan respons percakapan yang alami dan koheren.
ChatGPT hasil rancangan arsitektur GPT (Generative Pretrained Transformer), hadir untuk memahami dan menghasilkan teks berdasarkan konteks percakapan.
Model ini memiliki kemampuan untuk memahami berbagai topik dan memberikan jawaban yang relevan dalam percakapan, sehingga cocok untuk fungsi pada aplikasi seperti asisten virtual, chatbot, atau alat bantu penulisan.
Di sisi lain, Meta AI lebih fokus pada pengembangan kecerdasan buatan yang mendukung Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Meta AI lebih menekankan pada pengenalan gambar dan video, serta interaksi sosial di platform-platform tersebut.
Tujuan utama pengembangan Meta AI adalah untuk meningkatkan pengalaman pengguna di dunia maya dengan memfokuskan diri pada deteksi konten berbahaya, rekomendasi iklan, dan pengembangan avatar digital yang mendukung interaksi sosial dan pengalaman di dunia virtual.
Konsep Masing-Masing
Dalam hal tujuan pengembangan, ChatGPT bertujuan untuk menciptakan model percakapan yang dapat berinteraksi dengan pengguna dalam berbagai konteks.
Asisten virtual arsitektur ChatGPT bisa membantu dalam menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan, hingga berimprovisasi dalam percakapan bebas.
Produk Open AI ini telah terdesain untuk memberikan pengalaman percakapan yang sangat interaktif dan bervariasi
Selain itu, mampu menangani banyak jenis percakapan, mulai dari percakapan sehari-hari hingga konteks yang lebih kompleks.
Berbeda dengan Meta AI lebih terfokus pada memperkaya pengalaman pengguna di platform media sosial dengan aplikasi seperti deteksi konten berbahaya.
Terlebih lagi, rekomendasi iklan yang lebih tepat sasaran, dan kemampuan analisis konten visual.
Meta AI juga terlibat dalam pengembangan avatar digital untuk meningkatkan interaksi sosial dalam dunia virtual, seperti pada metaverse.
Artinya, Meta AI memiliki cakupan aplikasi yang lebih luas, terutama dalam mendukung ekosistem media sosial yang lebih besar.
Jaminan Data dan Privasi
Perbedaan lainnya terletak pada pengelolaan data dan privasi. OpenAI, pengembang ChatGPT, berusaha untuk meminimalkan ketergantungan pada data pengguna secara langsung.
ChatGPT lebih mengandalkan data pelatihan yang bersifat anonim, tanpa mengumpulkan informasi pengguna untuk tujuan komersial.
Sementara itu, Meta AI yang berada di bawah naungan Meta Platforms memiliki akses langsung ke data pengguna media sosialnya.
Hal ini memungkinkan Meta AI untuk menyediakan pengalaman yang lebih privat, seperti rekomendasi iklan atau konten, namun juga menimbulkan tantangan terkait dengan privasi dan keamanan data.
Dalam hal aplikasi dan penggunaan, ChatGPT lebih sering digunakan dalam konteks percakapan berbasis teks, seperti dalam chatbot, asisten virtual, atau alat bantu penulisan.
Meta AI, di sisi lain, lebih konsen pada jangkauan luas di ekosistem media sosial, termasuk pencarian gambar, hingga moderasi otomatis.
Kedua platform AI ini memiliki fokus yang berbeda, dengan ChatGPT berorientasi pada percakapan dan interaksi teks, sementara Meta AI lebih berfokus pada pengalaman visual dan sosial di media sosial.
Dengan demikian, meskipun ChatGPT dan Meta AI sama-sama mengembangkan kecerdasan buatan untuk berinteraksi dengan manusia, keduanya memiliki tujuan, teknologi, dan aplikasi yang berbeda, mencerminkan fokus masing-masing perusahaan dalam menghadirkan solusi berbasis AI.
(Saepul)