JAKARTA, PANJIRAKYAT: Sosok akademisi yang cukup berpengaruh dalam memberikan saran, ide, dan gagasan bagi kemajuan bangsa, Prof. Ichlasul Amal meninggal dunia, Kamis (14/11/2024) pukul 04.10 WIB.
Eks Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode sekaligus mantan Ketua Dewan Pers tersebut meninggal dunia dalam usia 82 tahun. Kabar itu berhembus, dalam pesan berantai di grup WhatsApp dan akun Instagram resmi Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun, turut berdukacita atas meninggalnya Prof Ichlasul Amal, mantan rektor UGM, mantan Ketua Dewan Pers pada pagi hari Kamis, 14 November 2024 jam 4.10. Semoga almarhum diampuni dosa dosanya dan diterima semua amal ibadahnya. Aamin YRA. Alfatihah,” demikian bunyi pesan duka tersebut.
Profil Ichlasul Amal
Ia meninggalkan warisan pemikiran dan kontribusi yang besar di bidang akademik dan sosial. Untuk mengetahui lebih dekat lagi, berikut jejak hidup dari Ichlasul Amal:
Lahir pada 1 Agustus 1942 di Jember, Jawa Timur, Prof. Ichlasul Amal tumbuh dalam keluarga yang kental dengan nilai perdagangan dan pesantren.
Ia menikah dengan Ery Hariati, rekan sealmamater di UGM, dan mereka memiliki anugerah tiga anak, Amelin Herani dan Akmal Herawan, serta seorang anak lainnya yang telah meninggal dunia.
Sedari dini, Amal sudah menjadi tipikal anak berprestasi dan selalu menempati peringkat teratas di sekolahnya. Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair).
Akan tetapi, akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, dan meraih gelar sarjana pada 1967.
Tidak lama setelah lulus, Amal langsung mengemban sebagai dosen di UGM di tengah krisis pengajar yang menerpa universitas pasca-peristiwa G30S.
Studi Lanjut dan Karier Akademik
Demi memperdalam ilmunya, Amal melanjutkan studi di luar negeri dengan dukungan beasiswa Fullbright di Northern Illinois University, Amerika Serikat, dan memperoleh gelar Master of Arts (M.A.) di bidang Ilmu Politik pada 1974.
Pendidikan doktoralnya melalui Monash University, Australia, yang berhasil ia selesaikan pada 1984 dengan disertasi tentang hubungan pusat dan daerah dalam politik dalam negeri Indonesia.
Setelah menyelesaikan studi, Amal kembali ke Indonesia dan menjadi Guru Besar Ilmu Politik di UGM. Sosoknya sebagai pengamat politik yang objektif dan kritis, khususnya dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Berkat sikap kritisnya, Amal sering kali dipandang sebagai akademisi yang ‘sangar’ oleh berbagai kalangan.
Karier di UGM dan Dedikasi pada Masyarakat
Selain mengajar, Prof. Ichlasul Amal juga memegang sejumlah posisi penting di UGM, termasuk sebagai Direktur Pusat Antar Universitas Studi Sosial (1986-1988), Dekan Fisipol (1988-1994), dan Direktur Program Pascasarjana UGM (1994-1998). Puncak kariernya di UGM adalah saat menjabat sebagai Rektor dari 1998 hingga 2002.
Di luar karier akademis, Amal juga aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Ia pernah menjadi Ketua Pembangunan Masjid Kampus Shalahuddin UGM (1998-2000), Ketua Yayasan Masjid Kampus UGM (2000-2014), dan Ketua Takmir Masjid Kampus UGM (2014-2017). Selain itu, Prof Amal menjabat sebagai Ketua Dewan Pers dari 2003 hingga 2010, berperan dalam meningkatkan profesionalisme media di Indonesia.
Kritiknya yang jernih dan pandangan tajam dalam bidang politik membuat Prof. Amal terus dihormati bahkan setelah tidak lagi menjabat sebagai rektor.
Jabatan terakhirnya sebagai Ketua Dewan Pers banyak menghasilkan panduan bagi dunia jurnalistik, dan ia dikenal sebagai pengamat politik yang independen, tak terpengaruh oleh kepentingan pribadi.
Prof. Ichlasul Amal tidak hanya meninggalkan jejak sebagai akademisi berprestasi, tetapi juga sebagai pemikir yang memberikan kontribusi besar bagi pendidikan, politik, dan sosial di Indonesia.
Melalui hidupnya yang penuh dedikasi, Prof Amal telah menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa.
(Saepul)