BANDUNG,PANJIRAKYAT: Peretas Iran mengirim email berisi materi kampanye Donald Trump yang diretas kepada orang-orang yang terlibat dalam kampanye Joe Biden. Hal ini menjadi bagian dari dugaan upaya lebih luas oleh Teheran untuk mempengaruhi pemilihan AS.
“Pelaku siber jahat asal Iran telah terus berusaha sejak Juni untuk mengirimkan materi curian yang tidak dipublikasikan. Terkait dengan kampanye mantan Presiden Trump, ke organisasi media AS,” kata Biro Investigasi Federal (FBI), Rabu (18/9/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Badan-badan ini menambahkan, aktivitas siber tersebut merupakan contoh terbaru dari pendekatan multi-prong Iran. Tujuannya, untuk menciptakan perselisihan dan merusak kepercayaan selama periode pemilihan presiden AS.
Kendati begitu, saat ini tidak ada bukti penerima email menanggaoi dan detail mengenai materi yang dicuri tidak terungkap. Dalam Agustus, AS menuduh Iran melakukan operasi siber untuk mengacaukan proses pemilihan.
AS juga menuding Iran meradar individu-individu AS untuk memperkeruh geopolitik. Iran membantah keterlibatannya, menyatakan tuduhan tersebut tidak berdasar dan tidak dapat diterima.
Misi Iran untuk PBB menegaskan, tidak memiliki motif atau niat berupaya mendramalisir. Beberapa email yang dikirim ke tim Biden pada bulan Juni dan awal Juli memuat kutipan teks dari materi kampanye Trump yang dicuri.
Lalu, Joe Biden menyatakan keluar dari pencalonan dan posisinya digantitikan oleh Kamala Harris pada 21 Juli lalu.
Juru bicara kampanye Trump, Karoline Leavitt menyalahkan Iran berupaya menjadi pembantu Harris dan Biden dalam pemilu.
Ia mendeksak terhadap Harris dan Biden untuk jujur terkait apakah mereka menggunakan materi hasil peretasan yang diberikan Iran untuk merugikan Trump.
Namun, Juru bicara kampanye Harris membantah keterlibatan dan mengatakan mereka tidak mengetahui adanya materi kampanye lawan yang bocor.
Mereka menyatakan, beberapa individu ditargetkan melalui email yang tampak seperti spam atau upaya phishing.
Trump menuduh Iran melakukan peretasan kampanyenya untuk membantu Demokrat dan menyebutnya sebagai campur tangan asing dalam pemilihan AS.
(Saepul)