BANDUNG, PANJIRAKYAT: Debat pertama antara calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), Donald Trump menghadapi calon dari Partai Demokrat AS, Kamala Harris telah menuai komentar para pengamat politik.
Berdasarkan analisis yang dikumpulkan oleh Sputnik, terdapat keyakinan bahwa ketidaktenangan Trump menjadi tanda kemenangan Harris di atas mimbar.
Direktur Independent Institute Center on Peace and Liberty, Ivan Eland menilai, Harris terlihat unggul dalam gaya berdebat dan penguasaan isu-isu kebijakan. Eland meyakini bahwa penampilan Harris yang kuat dalam debat dapat memberikan dorongan dukungan yang diperlukan untuk memenangkan pemilihan presiden AS.
“Lebih dari seperempat pemilih mengaku perlu mengetahui lebih banyak tentang Harris. Dalam hal ini, saya percaya Harris mungkin akan memperoleh cukup suara untuk menang,” ujar Eland.
Sementara itu, Redaktur Pelaksana Majalah Covert Action, Jeremy Kuzmarov dan komentator politik, menganalisa bahwa kegagalan Trump untuk mengendalikan emosinya bisa menjadi faktor penentu.
Versi Kuzmarov menyebut, perilaku Trump yang terlihat tak stabil dan melontarkan klaim yang tidak berdasar, seperti pernyataan kontroversial mengenai imigran, dapat membuatnya kalah di mata pemilih yang belum menentukan pilihan.
“Dalam penilaian saya, Harris mungkin akan paling diuntungkan karena Trump terkadang tampak marah dan melontarkan klaim-klaim yang tidak rasional, seperti bahwa imigran memakan anjing di Springfield Ohio,” kata Kuzmarov.
Trump juga dinilai berlebihan dalam membahas tema imigrasi ilegal dan secara keliru mengakui Harris sebagai seorang Marxis, menurut pandangan Kuzmarov.
Sejarawan konstitusi AS, Dan Lazare, menilai bahwa hasil debat tersebut bisa dianggap seri. Namun, Lazare mengakui bahwa kedudukan Harris tampak unggul dalam beberapa aspek, terutama dalam hal membalas tuduhan Trump dengan cepat dan efektif.
Namun, Harris tak teralkan dari kritik. Beberapa kelemahan yang dikemukakan termasuk sikap pro-perangnya, kebijakan yang politis dengan Presiden Biden dan rendahnya ketersediaan energi, menurut para pakar.
Lazare menyoroti Trump, bahwa berhasil menyerang Harris terkait hubungan sang wapres dengan Biden, ketidakmampuannya untuk menyelesaikan masalah, serta “janji-janji yang tidak substansial untuk memperbaiki keadaan tanpa bukti jelas tentang kemampuannya untuk mengubah situasi.”
Kemudian, Kuzmarov menilai Harris, meski menunjukkan beberapa sikap pro-perang, mendukung semua kebijakan perang pemerintahan Biden saat ini.
Di sisi lain, menurut Kuzmarov, bahwa Trump berhasil meningkatkan kesadaran tentang banyaknya korban jiwa dalam konflik, sementara Harris dianggap menunjukkan kurangnya empati.
Lalu, analis keuangan dan komentator politik yang berbasis di Eropa, Alex Krainer menila, walaupun Harris tampil penuh percaya diri, sikapnya dianggap kurang autentik.
Krainer mengemukakan pendapatnya, debat tersebut membuka kedua peserta merupakan pemimpin nasional dengan kapabilitas yang sangat terbatas dan berpotensi menimbulkan kekhawatiran.
Debat antara Trump dan Harrismalam adalah ajang debat pertama mereka dalam Pilpres AS 2024., yang dihelat pada pada Selasa (10/09/2024).
Debat ini sudah menunjukkan atensi signifikan dengan sekitar 67 juta penonton, menurut Nielsen, angka yang jauh lebih tinggi daripada 51,3 juta penonton saat debat Trump melawan Presiden Joe Biden pada bulan Juni lalu.
(Saepul)