JAKARTA, PANJI RAKYAT: Mobil yang sudah memenuhi standar emisi Euro4 memerlukan perhatian khusus dalam hal pemilihan bahan bakar. Pasalnya, tidak boleh asal memilih BBM yang sudah mengadopsi Euro4.
Dari tugas pemilik, harus memastikan bahwa kendaraan benar-benardiberikan bahan bakar dengan kualitas yang tepat untuk memastikan performa, serta kepatuhan terhadap regulasi emisi yang ketat.
Jika masih ada yang bertanya-tanya, apalagi mengangkut pada pemilik mobil yang berstandarisasi Euro4, semuanya akan terjawab.
BBM yang Tepat Bagi Mobil Euro4
Menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin mengatakan, untuk mesin bensin maupun diesel yang sudah mematuhi standar emisi Euro4 sebaiknya menggunakan bahan bakar dengan spesifikasi tertentu.
Adapun anjuran bahan bakarnya dengan angka RON 98, seperti Pertamax Turbo. Sedangkan untuk solar, bahan bakar yang memenuhi standar CN 53, seperti Pertadex High Quality.
“Kualitas bahan bakar sangat esensial untuk kendaraan Euro4. Pertamax Turbo (RON 98) adalah bahan bakar yang memenuhi syarat untuk kendaraan bermotor berstandar Euro4. Untuk solar, Pertadex High Quality (CN 53) adalah yang direkomendasikan,” ungkap Ahmad dalam siaran webinar YouTube infokpbb.
Masih Terbatas di Indonesia
Ahmad juga membeberkan, ketersediaan bbm yang sesuai dengan standar Euro4 masih cukup terbatas di pasar Indonesia.
Pemerintah lebih fokus pada pemasarkan jenis BBM lainnya yang tidak klinis, seperti BBM RON 90 (Pertalite), CN 48 (Solar) serta CN 51 (Dexlite).
Padahal, banyak negara yang telah menerapkan standar emisi Euro4 sudah meninggalkan jenis-jenis BBM yang kurang ramah lingkungan.
Penerapan Euro4 sendiri di tanah air, berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S 786/MENLHK-PPKL/SET/PKL.3/5/2020 yang terbit pada 20 Mei 2020. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 juga telah menetapkan regulasi ini.
Untuk kendaraan bermesin bensin, standar Euro4 telah ada sejak 2018. Namun, untuk kendaraan diesel, penerapannya direncankan pada April 2021 namun terpaksa tertunda hingga 2022 akibat pandemi Covid-19.
(Saepull)