BANDUNG, PANJIRAKYAT: Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang baru-baru ini melaporkan, kenyataan kasus penyakit anemia menyasar hampir 9 ribu remaja wanita di daerahnya terkena penyakit anemia di wilayah Karawang.
Remaja perempuan memang rentan terkena penyakit ini. Pasalnya, hal ini berfaktor dari pola makan yang tidak tepat.
Perlu menjadi catatan, anemia merupakan gangguan darah yang terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh berada di bawah batas normal.
Kondisi ini bisa terjadi dalam waktu singkat atau berlangsung lama, dengan tingkat keparahan yang bisa ringan hingga berat.
Kadar hemoglobin (Hb) normal bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada usia dan jenis kelaminnya. Berikut adalah kisaran nilai Hb normal:
- Laki-laki dewasa: 13 g/dL (gram per desiliter)
- Wanita dewasa: 12 g/dL
- Ibu hamil: 11 g/dL
- Bayi: 11 g/dL
- Anak usia 1–6 tahun: 11,5 g/dL
- Anak dan remaja usia 6–18 tahun: 11–12 g/dL
Kadar hemoglobin di bawah 8 g/dL sudah tergolong sebagai anemia berat atau gravis.
Penyebab Penyakit Anemia
Melansir Alodokter, gangguan darah ini bisa menyerang ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Hal ini menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah, yang kemudian mempengaruhi kemampuan sel-sel tubuh untuk mendapatkan oksigen yang cukup.
Akibatnya, fungsi organ tubuh bisa terganggu. Secara umum, anemia dapat terjadi akibat tiga kondisi utama:
- Produksi sel darah merah yang kurang
- Kehilangan darah secara berlebihan
- Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Berikut adalah beberapa jenis anemia yang sering terjadi berdasarkan penyebabnya:
1. Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Zat besi sangat penting untuk memproduksi hemoglobin, yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia ini bisa terjadi karena kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi dengan baik, misalnya pada penderita penyakit celiac.
2. Masa Kehamilan
Selama kehamilan, kadar hemoglobin ibu hamil biasanya lebih rendah daripada wanita dewasa yang tidak hamil. Hal ini terjadi karena kebutuhan tubuh terhadap hemoglobin meningkat, sehingga membutuhkan lebih banyak zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Jika asupan ketiga nutrisi tersebut tidak cukup, ibu hamil berisiko mengalami anemia, yang bisa berbahaya bagi ibu dan janin.
3. Akibat Perdarahan
Anemia ini akibat dari perdarahan berat, baik yang terjadi perlahan-lahan maupun mendadak. Penyebab perdarahan bisa berupa cedera, gangguan menstruasi yang berat, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat-obatan tertentu seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Anemia akibat perdarahan juga bisa disebabkan oleh infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus.
4. Anemia Aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah merah dengan optimal. Penyebabnya bisa meliputi infeksi virus, penyakit autoimun, paparan bahan kimia beracun, serta efek samping obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dan obat untuk rheumatoid arthritis.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah dihancurkan lebih cepat daripada yang bisa diproduksi oleh tubuh. Kondisi ini bisa diturunkan dari orang tua atau terjadi setelah kelahiran akibat infeksi bakteri atau virus, kanker darah, atau penyakit autoimun. Anemia hemolitik juga bisa dipicu oleh efek samping obat-obatan seperti parasetamol, penisilin, atau obat antimalaria.
6. Anemia Akibat Penyakit Kronis
Beberapa penyakit kronis, seperti penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS, dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah dan menyebabkan anemia.
7. Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi genetik pada hemoglobin, sehingga hemoglobin menjadi tidak normal dan berbentuk seperti bulan sabit. Jika kedua orang tua mewariskan mutasi gen ini, anak akan menderita anemia sel sabit. Namun, jika hanya satu orang tua yang mewariskan mutasi gen, anak akan menjadi pembawa (carrier) dan tidak menderita anemia, meskipun dapat mewariskan kelainan ini ke keturunannya.
8. Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan genetik yang memengaruhi produksi hemoglobin. Penyakit ini bisa diwariskan jika satu atau kedua orang tua membawa gen thalasemia. Pada penderita thalasemia, sel darah merah lebih mudah rusak, dan tubuh kesulitan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Gejala Anemia
Gejala anemia dapat bervariasi, tergantung pada penyebabnya dan tingkat keparahan kondisinya. Berikut adalah gejala yang umumnya muncul pada penderita anemia:
- Lemas dan cepat lelah
- Sakit kepala dan pusing
- Mengantuk, terutama setelah makan
- Kulit terlihat pucat atau kekuningan
- Detak jantung tidak teratur
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Tangan dan kaki terasa dingin
Gejala-gejala penyakit anemia di atas, sering dialami dan tidak disadari oleh penderitannya pada tahap awal, tetapi akan semakin terasa seiring dengan memburuknya kondisi anemia.
Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala anemia, agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.