JAKARTA, PANJIRAKYAT: Merebaknya konten deepfake di dunia maya menimbulkan kekhawatiran akan penyebaran informasi hoax yang masif.
Deepfake adalah konten visual rekayasa yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan video palsu yang tampak seperi nyata.
Walau pengembangan AI untuk tujuan positif, seperti membantu aktivitas manusia, tidak bisa terbantah ada oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk tujuan negatif.
Dampak Konten Deepfake
Akibatnya, oknum-oknum tak bertanggung jawa menggunakan AI untuk penyebaran konten deepfake yang dapat memicu polarisasi, konflik, hingga ujaran kebencian.
Padahal, di sisi lain, sebenarnya bisa digunakan untuk mendemokratisasi ide-ide kreatif yang positif, seperti pembuatan konten film, seni, atau pendidikan.
Akan tetapi, praktik buruk yang muncul sangat besar, bahkan dapat merusak reputasi seseorang atau menciptakan kebingungan publik.
Youtube Hadirkan Solusi dari Masalah Ini
Sebagai langkah untuk mengatasi masalah ini, YouTube kini mulai menghadirkan solusi untuk membedakan antara video hasil editan AI atau deepfake dengan video asli. Platform video terbesar ini mulai menyematkan label dan watermark khusus pada video dalam pemerosesan teknologi AI.
Dengan adanya fitur ini, pengguna bisa lebih mudah mengetahui konten yang telah terekayasa dan tidak tertipu mengira video tersebut adalah kejadian yang sebenarnya.
Selain itu, YouTube juga mengumumkan penambahan fitur baru yang memungkinkan kreator konten membuat video dengan teknologi AI generatif.
Fitur ini menggunakan model AI Google Veo 2 yang terintegrasi ke dalam platform YouTube melalui fitur eksperimental bernama Dream Screen.
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membuat gambar dan video untuk konten Shorts hanya dengan memberi perintah teks.
Sebelumnya, Dream Screen hanya terbatas untuk aplikasi latar green screen virtual, namun kini pengguna dapat membuat video klip yang berdiri sendiri tanpa latar belakang fisik.
Dream Screen pertama kali hadir pada September 2023, dan kini telah mengalami pembaruan besar. Pengguna dapat membuat konten video lebih fleksibel, dengan memilih gaya visual, efek sinematik, serta durasi video yang sesuai preferensi.
Untuk mengakses fitur ini, pengguna cukup membuka kamera Shorts, memilih media picker, dan memilih opsi ‘Create’. Selanjutnya, mereka bisa memasukkan deskripsi teks untuk menghasilkan video sesuai dengan keinginan.
Saat ini, fitur Dream Screen tersedia untuk pengguna di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
YouTube juga mengumumkan rencana untuk memperluas ketersediaan fitur ini ke lebih banyak negara di masa mendatang.
Hadirnya teknologi ini, harapnya pengguna dapat lebih mudah berkreasi, tetapi juga lebih berhati-hati dalam menghadapi potensi bahaya yang ditimbulkan oleh deepfake.
(Saepul)