BANDUNG, PANJIRAKYAT: Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di Indonesia, termasuk dari PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR, dan PT Vivo Energy Indonesia, berbarengan menaikkan harga produk BBM non subsidi mereka, Jumat (1/2024/2024)
Misalnya, dari Pertamina, jenis Pertamax Turbo menjadi Rp 13.500 per liter dari yang sebelumnya Rp 13.250 per liter.
Lalu, BBM jenis Dexlite dari Pertamina, Rp 13.500 per liter dari yang sebelumnya Rp 13.250 per liter. Untuk itu, simak harga perkembangan BBM non subsidi dari empat produsen tersebut.
Harga BBM Non Subisidi Naik Kompak
Adapun harga BBM non subsidi naik, meliputi:
1. Pertamina
PT Pertamina mengumumkan beberapa perubahan harga sebagai berikut:
- Pertamax Turbo kini dibanderol Rp 13.500 per liter, naik dari Rp 13.250 per liter.
- Pertamax Green 95 juga mengalami kenaikan menjadi Rp 13.150 per liter, dari sebelumnya Rp 12.700 per liter.
- Dexlite dijual seharga Rp 13.050 per liter, naik dari Rp 12.700 per liter.
- Pertamina DEX kini dibanderol Rp 13.440 per liter, meningkat dari Rp 13.150 per liter.
Sementara itu, harga untuk BBM jenis Pertamax (RON 92) tetap tidak berubah di Rp 12.100 per liter, demikian juga dengan jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yaitu Pertalite (RON 90) yang tetap di harga Rp 10.000 per liter, serta Solar Subsidi yang tetap di Rp 6.800 per liter.
2. Shell
- Shell Super: Rp 12.290 per liter
- Shell V-Power: Rp 13.310 per liter
- Shell V-Power Diesel: Rp 13.510 per liter (kecuali di Jawa Timur)
- Shell Diesel Extra: Rp 13.170 per liter (hanya di Jawa Timur)
- Shell V-Power Nitro: Rp 13.540 per liter (kecuali di Jawa Timur)
3. BP-AKR
- BP Ultimate: Rp 13.310 per liter
- BP 92: Rp 12.290 per liter
- BP Diesel: Rp 13.170 per liter (hanya di Jawa Timur)
- BP Ultimate Diesel: Rp 13.510 per liter (Jabodetabek)
4. Vivo
- Revvo 95: Rp 13.200 per liter
- Revvo 92: Rp 12.200 per liter
- Revvo 90: Rp 12.090 per liter
Melalui informasi perkembangan harga terbaru BBM non subsidi ini, membuat masyarakat lebih konsumtif, dalam menyesuaikan anggaran untuk biaya transportasi dan konsumsi energi sehari-hari. Kenaikan BBM non subsidi ini mencerminkan dinamika pasar dan kondisi ekonomi yang berlaku.
(Saepul)