BANDUNG, PANJIRAKYAT: Langit malam akan memperlihatkan fenomena langka akibat peristiwa astronomi langka yang menarik perhatian para pengamat langit pada penghujung tahun 2024 ini. Fenomena langka itu bernama Black Moon (bulan hitam)Pada tanggal 30-31 Desember 2024.
Mungkin kamu baru mendengar istilah Bulan biru (Blue Moon)? Ini juga fenomena langka. Meskipun keduanya berbeda, istilah Bulan Biru bisa membantu kita memahami konsep Bulan Hitam.
Bulan Biru menunjukkan kondisi yang berbeda. Pertama, Bulan purnama ketiga dalam satu musim yang memiliki empat Bulan purnama, dan yang kedua adalah Bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan kalender.
Definisi kedua inilah yang lebih populer, meskipun pada awalnya, definisi tersebut muncul karena salah kaprah.
Pada masa lampau, seorang penulis bernama James Hugh Pruett, dalam artikelnya di majalah Sky and Telescope, secara keliru menyebutkan bahwa Bulan Biru adalah bulan kedua dalam satu bulan ketika tahun 1946.
Meski kesalahan ini sudah lama terpublikasi, konsep tersebut tetap bertahan hingga sekarang.
Fenomena Langka Bulan Hitam
Fenomena Bulan Hitam juga terasosiasi dua pengertian, yang serupa dengan Bulan Biru. Namun, jika Bulan Biru berhubungan dengan jumlah Bulan purnama dalam suatu periode tertentu, maka Bulan Hitam berhubungan dengan jumlah Bulan baru.
Dalam artian, Bulan Hitam adalah Bulan baru ketiga dalam satu musim yang memiliki empat Bulan baru, atau Bulan baru kedua dalam satu bulan.
Fenomena yang akan terjadi pada 30-31 Desember 2024 adalah contoh dari definisi kedua, yaitu Bulan Hitam yang terjadi karena adanya dua Bulan baru dalam satu bulan kalender.
Waktu Nampak
Fenomena langka ini akan terjadi pada pukul 16:26 CST (Waktu Standar Tengah Amerika) pada 30 Desember 2024. Untuk wilayah Eropa, Afrika, dan Asia, peristiwa ini akan terjadi pada 31 Desember.
Meskipun peristiwa ini akan terlihat pada akhir tahun, fenomena Bulan Hitam sendiri tidak dapat dilihat secara langsung di langit malam.
Kenapa Tidak Menonjol?
Sama seperti Bulan baru lainnya, Bulan Hitam terjadi ketika struktur bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Dalam struktur ini, sisi Bulan yang terbinari Matahari akan membelakangi Bumi, sehingga Bulan akan tampak gelap dan tidak terlihat dari permukaan Bumi.
Namun, meskipun fenomena ini tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, Bulan Hitam bisa menjadi momen yang tepat untuk mengamati objek langit lainnya, terutama bintang.
Tanpa cahaya Bulan yang menghalangi, langit malam akan lebih gelap, memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengamati bintang-bintang di angkasa.
Fenomena ini jarang terjadi. Maka, berdasarkan definisi musiman, Bulan Hitam seperti yang akan terjadi pada 30-31 Desember 2024, baru akan terulang sekitar 33 bulan sekali.
Sedangkan definisi kedua (dua Bulan baru dalam satu bulan) terjadi lebih sering, yaitu setiap 29 bulan sekali.
Bulan Hitam terakhir kali terjadi pada 19 Mei 2023, dan fenomena berikutnya akan kembali pada 9-10 September 2026.
Meski fenomena ini tidak nampak jelas, peristiwa astronomi seperti ini tetap menarik untuk dicatat dan dipelajari.
Jadi, meskipun Bulan Hitam tidak akan terlihat, momen ini tetap dapat dijadikan kesempatan untuk menikmati keindahan langit malam yang lebih gelap dan lebih tenang.
(Saepul)