PANGANDARAN, PANJIRAKYAT: Usul Gubernur Jawa Barat (Jabar) terpilih, Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadikan souvenir Nyi Roro Kidul sebagai branding Pangandaran menuai pro dan kontra, salah satunya datang dari DPRD Kabupaten Pangandaran.
Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran, Asep Noordin mengatakan, masyarakat harus menghargai sejumlah konsep yang ditawarkan Dedi Mulyadi.
Pasalnya, kata dia, konsep itu merupakan ekspresinya terkait melihat dan merasakan keberadaan Pangandaran. Dan memang, Pangandaran jadi pusat inspirasi pengembangan pariwisata di Jawa Barat yang prioritas.
“Diluar konsep souvenir Nyi Roro Kidul, beberapa konsep lain yang disampaikan pak gubernur terpilih itu yang harus dilakukan,” ujar Asep melansir Tribun, Rabu (5/2/2025) siang.
Asep mengakui, secara pribadi sudah beberapa kali menyampaikan terkait dengan arah kebijakan pengembangan pariwisata di Pangandaran kedepannya.
“Termasuk di dalam pokok-pokok pikiran, kami sampaikan arah kebijakan pariwisata ini harus mengarah ke konsep pariwisata yang Sustainable turisme atau berkelanjutan,” katanya.
Terkait dengan konsep pengembangan pariwisata berbasis budaya, kultur memang menjadi satu faktor yang sangat kuat di dalam pengembangan pariwisata.
Sustainable turisme, itu sebenarnya direct activity atau seluruh kegiatan masyarakat yang bisa menjadi daya tarik pariwisata.
“Budayanya tidak bisa menggunakan budaya orang lain, tapi harus budaya kita yang sudah tumbuh. Kan, budaya bukan hanya kesenian dan tarian. Tapi, seluruh aspek kehidupan yang ada di Kabupaten Pangandaran itulah budaya Kabupaten Pangandaran,” ujarnya.
Ia menilai, kebiasaan masyarakat yang biasa dilakukan secara turun temurun, tentu hal itu juga termasuk budaya.
“Sehingga, kita harus pintar-pintar memilah dan pintar-pintar memilih, mana yang kira-kira bisa didesain dan bisa dikembangkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) terpilih, Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengusulkan Nyi Roro Kidul menjadi branding Pangandaran.
Hal tersebut Dia sampaikan pada acara pengukuhan Dewan Kebudayaan Daerah Pangandaran di Alun-alun Paamprokan, Jumat (31/1/2025) malam.
“Singapore patung Singa jadi branding. Pangandaran kalau mau Nyi Roro Kidul,” ujarnya.
Ia mencontohkan, di Eropa pun punya lukisan Monalisa. Sedangkan di negara Cina Punya Dewi Kuan in meniadi branding.
“Kenapa di Pangandaran engga berani Nyi Roro Kidul,” imbuhnya.
Jadi ke depan, para wisatawan nantinya akan membeli lukisan, boneka dan gantungan kunci Nyi Roro Kidul.
“Harus berani. Karena itu akan menjadi ikonik di Pangandaran. Jangan dimistikan tapi dirasionalisasikan,” katanya.
BACA JUGA: Dedi Mulyadi Bujuk untuk Jadi Penasihat, Susi Ajukan Syarat
Mengenal Nyi Roro Kidul
Nyi Roro Kidul adalah sosok mitologi yang sangat terkenal dalam budaya Jawa dan Sunda di Indonesia. Dikenal sebagai Ratu Pantai Selatan (Samudra Hindia), ia diyakini sebagai penguasa lautan yang memiliki kekuatan supranatural dan mengendalikan ombak serta arus laut.
Asal-usul Nyi Roro Kidul bervariasi dalam berbagai legenda. Salah satu kisah paling populer mengaitkan dirinya dengan Kerajaan Pajajaran atau Mataram. Beberapa versi menyebutkan bahwa ia dulunya adalah seorang putri kerajaan bernama Dewi Kadita yang mengalami kutukan, membuatnya melarikan diri ke laut selatan. Di sana, ia memperoleh kekuatan gaib dan berubah menjadi penguasa samudra.
Dalam budaya Jawa, Nyi Roro Kidul memiliki hubungan spiritual dengan para raja Mataram. Mitos ini menegaskan bahwa raja-raja Jawa memiliki ikatan gaib dengan dirinya untuk menjaga keseimbangan alam dan kekuasaan. Konon, ia dapat muncul dalam wujud wanita cantik dengan pakaian berwarna hijau, sehingga warna ini sering dihindari di sekitar pantai selatan karena dipercaya dapat mengundang kemarahannya.
Hingga saat ini, Nyi Roro Kidul dihormati melalui berbagai ritual dan upacara adat di sepanjang pantai selatan Jawa, seperti di Parangtritis, Yogyakarta, dan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Keberadaannya bukan hanya sebagai simbol mistis, tetapi juga bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya akan mitos dan kepercayaan tradisional.
(Raya)