JAKARTA, PANJIRAKYAT: Di tengah meningkatnya kemungkinan pemblokiran TikTok pada 19 Januari 2025, para penggunanya di Amerika Serikat berbondong-bondong beralih ke aplikasi RedNote yang juga berasal dari China. Migrasi besar-besaran ini menjadikan RedNote sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Apple App Store AS pada Senin, 13 Januari 2025.
Popularitas Aplikasi RedNote Meroket
Aplikasi RedNote telah dikenal luas di kalangan anak muda di China, Taiwan, dan komunitas berbahasa Mandarin lainnya, kini menarik perhatian pengguna Amerika Serikat. Dengan lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan, aplikasi ini menggabungkan elemen TikTok dan Instagram. Penggunanya, terutama perempuan muda di kota-kota besar, kerap membagikan konten gaya hidup seperti tips mode dan kencan.
Migrasi pengguna TikTok ke RedNote disambut hangat oleh komunitas aplikasi ini. Bahkan, tagar #TikTokRefugee menjadi populer, dengan lebih dari 63.000 unggahan yang membantu pengguna baru memahami cara menggunakan aplikasi dan mempelajari frasa bahasa Mandarin dasar.
Seorang pengguna asal AS menulis, “Terima kasih kepada tuan rumah Tiongkok kami yang menerima kami. Mohon maaf atas kekacauan ini,” menggambarkan perpindahan ini sebagai fenomena lintas budaya.
Kekhawatiran Keamanan dan Sensor
Meskipun populer, RedNote menghadapi isu serupa seperti TikTok, yaitu kekhawatiran mengenai keamanan data. Beberapa negara, seperti Taiwan, melarang pejabat publik menggunakan RedNote karena dianggap memiliki risiko keamanan.
Selain itu, aplikasi ini juga dikritik atas dugaan sensor terhadap konten yang mengkritik pemerintah China. Menanggapi meningkatnya jumlah pengguna AS, beberapa pengguna China bercanda menyebut diri mereka sebagai “mata-mata Tiongkok,” menyindir tuduhan bahwa aplikasi semacam TikTok digunakan untuk memata-matai atau memengaruhi politik.
Namun, kekhawatiran ini tampaknya tidak menghalangi sebagian besar pengguna. Banyak yang merasa bahwa risiko keamanan bukanlah penghalang untuk tetap menggunakan RedNote.
Pendapat Pengguna tentang RedNote
Bagi beberapa pengguna, RedNote adalah lebih dari sekadar alternatif. Sarah Fotheringham, seorang pekerja kantin di Utah, menyatakan bahwa berpindah ke RedNote adalah bentuk “penentangan” terhadap kebijakan pemerintah AS.
“Saya tidak memiliki apa pun yang tidak dimiliki Tiongkok. Jika mereka menginginkan data saya, mereka boleh mengambilnya,” katanya kepada BBC.
Marcus Robinson, seorang perancang busana dari Virginia, juga mulai menggunakan RedNote untuk mempromosikan merek pakaiannya. Meskipun awalnya ia ragu karena persyaratan penggunaan aplikasi tertulis dalam bahasa Mandarin, Robinson tetap melanjutkan karena komunitas di aplikasi tersebut dianggap ramah dan suportif
BACA JUGA: TikTok AS Bakal Dijual ke Elon Musk, Harga Tembus Rp815 Triliun
Bagaimana Jika TikTok Tidak Diblokir?
Pemblokiran TikTok di AS, jika terjadi, tidak akan langsung menghapus aplikasi ini, tetapi akan membuatnya sulit terunduh melalui toko aplikasi. Hal ini pada akhirnya bisa mematikan popularitas TikTok.
Namun, jika TikTok berhasil menghindari larangan, banyak pengguna yang mungkin sudah terlanjur nyaman dengan platform baru seperti RedNote. Sydney Crawley, seorang pekerja teknologi di Tennessee, mengaku telah mendapatkan lebih dari 6.000 pengikut dalam 24 jam setelah bergabung di RedNote. Crawley berencana tetap aktif di platform ini meskipun TikTok tidak jadi dilarang.
“RedNote membuka dunia saya ke Tiongkok dan budayanya,” ujar Fotheringham. Hal senada diungkapkan Robinson, yang menyukai komunitas ramah di aplikasi ini. “Saya hanya perlu belajar bahasa Mandarin untuk lebih menikmatinya!”
(Raya)