JAKARTA, PANJIRAKYAT: Sepeda motor saat ini menjadi salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia. Berdasarkan data Polri, terdapat lebih dari 132 juta unit sepeda motor di seluruh negeri. Namun, sedikit yang tahu bahwa pemilik sepeda motor pertama di Indonesia bukanlah seorang bangsawan atau pejabat, melainkan seorang buruh pabrik bernama John Charles Matthew Potter.
Potter, seorang warga Inggris, merantau ke Indonesia pada akhir abad ke-19. Dia bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik gula di Probolinggo, Jawa Timur, awalnya sebagai masinis.
Namun, berkat keterampilan teknisnya yang mumpuni, Potter kemudian beralih menjadi teknisi yang mengurus perbaikan mesin-mesin pabrik gula. Keahliannya dalam bidang teknik membuat Potter menjadi sosok yang dihormati di kalangan pekerja pabrik.
Pada tahun 1893, Potter mencatatkan sejarah dengan mendatangkan sepeda motor pertama ke Indonesia. Sepeda motor tersebut diproduksi oleh Hildebrand und Wolfmuller, sebuah pabrikan di Jerman, dan dibeli Potter dengan harga 1.000 gulden (setara US$500). Sepeda motor yang dibawa Potter memiliki kapasitas mesin 1.500 cc dan dapat mencapai kecepatan hingga 45 km/jam—sebuah kecepatan yang cukup tinggi untuk zamannya.
Berita tentang pemesanan sepeda motor dari Potter sampai ke pabrikan di Jerman menjadi kejutan tersendiri. Abdul Hakim, dalam bukunya Jakarta Tempo Doeloe (2001), mencatat bahwa pabrikan Hildebrand und Wolfmuller terkejut karena mereka belum pernah menerima pesanan dari luar Eropa, apalagi dari lokasi terpencil seperti Jawa Timur, yang pada saat itu belum dikenal luas.
Meski demikian, motor tersebut berhasil sampai di tangan Potter. Saat motor itu tiba di Indonesia, peristiwa ini menjadi tonggak sejarah sebagai kendaraan bermesin pertama yang tiba di Tanah Air, selain kereta api yang sudah lebih dulu hadir.
“Tuan Potter, penasihat teknis dari Firma Noll, adalah orang pertama yang memperkenalkan teknologi sepeda motor dan mobil,” tulis surat kabar De Locomotief pada 12 Juli 1901.
Keberadaan sepeda motor milik Potter segera menjadi pusat perhatian. Di masa ketika masyarakat Indonesia hanya terbiasa melihat delman dan kereta api, motor ini menjadi objek yang menarik perhatian publik.
Potter yang telah mendapatkan izin dari pemerintah sering kali terlihat memacu sepeda motornya di jalan-jalan umum, membuat banyak orang terpana dengan kendaraan bermesin dua roda tersebut.
Potter juga dikenal sebagai perantara dalam pengiriman mobil dan motor dari Eropa ke Indonesia. Salah satu tokoh yang tertarik dengan kendaraan bermesin ini adalah Pakubuwana X, Raja Jawa, yang merupakan salah satu orang terkaya di pulau tersebut.
Namun, alih-alih membeli sepeda motor seperti Potter, Pakubuwana X memilih untuk membeli mobil, yang kemudian menjadi mobil pertama di Indonesia pada tahun 1894.
Pengaruh Potter terhadap transportasi di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Berkat usahanya, kendaraan bermesin seperti motor dan mobil mulai menggeser peran transportasi bertenaga hewan seperti kereta kuda.
Seiring berjalannya waktu, kendaraan bermesin menjadi simbol kekayaan dan status sosial, menggantikan kereta kuda yang sebelumnya menjadi penanda prestise.
BACA JUGA: Mau Motor Lebih Hemat Bensin? Coba Terapkan Trik Ini!
Hanya dalam waktu beberapa dekade, motor dan mobil menjadi semakin umum di Indonesia. J. Stroomberg dalam bukunya Hindia Belanda 1930 mencatat bahwa pada tahun 1928, terdapat lebih dari 40.154 mobil dan 10.505 motor di seluruh Hindia Belanda.
Transformasi ini menandai awal dari era modern transportasi di Indonesia, di mana kendaraan bermesin menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
(Agung)