BANDUNG, PANJIRAKYAT: Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), tak lepas dari sorotan publik lantaran karena kontroversi yang pernah diperbuatnya.
Seiring dengan popularitasnya sebagai pemuka agama Islam, beliau tidak jarang terlibat dalam berbagai kontroversi yang memicu perdebatan di tengah masyarakat.
Belum lama ini, Gus Miftah kembali menimbulkan kontroversi, setelah mengolok-olok seorang pedagang es teh di Magelang, Jawa Tengah, yang kemudian viral di media sosial.
Daftar Kontroversi Gus Miftah
Tak heran, lontaran kata yang menghina pedagang es teh itu, menambah jejak kontroversi seorang Gus Miftah
Merangkum beberapa sumber, berikut sederet kontroversi dari diri Gus Miftah:
1. Menghina Pedagang Es Teh
Pada akhir November 2024, Gus Miftah menjadi perbincangan publik setelah mengolok-olok seorang pedagang es teh bernama Sunhaji saat acara Magelang Berselawat.
Dalam video yang viral, Gus Miftah terlihat menghina Sunhaji dengan sebutan “g**lok”, yang memantik tawa orang di sekitar serta jemaah lainnya.
Tindakannya ini langsung menuai kecaman, terutama karena banyak yang menilai sebagai seorang tokoh agama, Gus Miftah seharusnya lebih bijaksana dalam berbicara dan tidak merendahkan orang lain, apalagi pedagang kecil yang sedang berusaha mencari nafkah.
2. Menoyor Kepala Istri di Depan Umum
Pada 2024, Gus Miftah kembali menuai kontroversi setelah kedapatan menoyor kepala istrinya di depan umum. Meskipun ia mengklaim bahwa itu adalah candaan, aksi tersebut tetap menimbulkan ketidaknyamanan bagi banyak orang.
Banyak pihak menganggap bahwa tindakan seperti itu tidak pantas oleh seorang yang seharusnya menjadi teladan dalam bersikap, terlebih di hadapan publik.
3. Bagi-Bagi Uang Saat Kampanye
Pada Januari 2024, Gus Miftah membagikan uang kepada jamaah di kawasan Pamekasan, Madura. Aksi ini kemudian menimbulkan tuduhan adanya politik uang menjelang Pemilu 2024.
Meskipun Gus Miftah membantah tuduhan tersebut dan menjelaskan bahwa uang yang sebagai sedekah, tindakan ini tetap menuai kontroversi dan menimbulkan berbagai spekulasi mengenai motif di baliknya.
4. Sebut PKS Sebagai Partai Wahabi
Gus Miftah sempat menyebut Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai yang identik dengan kelompok Wahabi. Pernyataan tersebut ia sampaikan pada sebuah ceramah di Lampung pada Januari 2024.
Hal ini memicu reaksi keras dari kader PKS yang merasa tersinggung dengan tuduhan tersebut, sementara masyarakat menilai bahwa pernyataan Gus Miftah terlalu umum dan tidak berdasar.
5. Hina Pendakwah Lain
Pada 2022, Gus Miftah terlibat dalam sebuah kontroversi terkait penghinaan terhadap pendakwah Ustaz Khalid Basalamah.
Peristiwa ini berawal ketika Gus Miftah melontarkan kata-kata yang dianggap merendahkan Ustaz Khalid dalam sebuah acara wayang beralamat di Pondok Pesantren Ora Aji.
Tindakannya ini membuat publik terpecah, dengan sebagian pihak menganggapnya tidak pantas bagi seorang ulama.
6. Dakwah di Gereja
Pada 2021, Gus Miftah membuat langkah yang mengejutkan dengan melakukan dakwah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Jakarta Utara. Aksi ini mendapat kecaman dari berbagai pihak yang menilai bahwa seorang ulama seharusnya tidak melakukan dakwah di tempat ibadah non-Muslim.
Kontroversi ini mengundang perdebatan panjang mengenai metode dakwah seorang tokoh agama.
7. Dakwah di Kelab Malam
Gus Miftah juga pernah menyatakan bahwa dakwah bisa berjalan di mana saja, termasuk di kelab malam. Ia menegaskan bahwa dakwah tidak selalu harus di masjid, tetapi bisa juga menjangkau tempat-tempat hiburan malam.
Pernyataan ini membuat sebagian kalangan mempertanyakan pemahaman Gus Miftah tentang dakwah yang seharusnya lebih bersifat mendidik dan mengajak masyarakat kepada kebaikan.
8. Bandingkan Larangan Speaker Masjid dengan Dangdutan
Pada suatu kesempatan, Gus Miftah membuat pernyataan yang kontroversial ketika membandingkan larangan penggunaan speaker masjid untuk tadarus Al-Qur’an saat Ramadan dengan acara dangdutan.
Ia menganggap larangan tersebut sebagai hal yang tidak perlu, dan perbandingannya dengan acara dangdutan menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat.
Banyak yang menilai bahwa pernyataan tersebut tidak relevan dan tidak seharusnya diungkapkan oleh seorang ulama.
Kontroversi-kontroversi yang melibatkan Gus Miftah ini menunjukkan bahwa meskipun ia dikenal sebagai seorang tokoh agama, tindakannya tidak selalu diterima oleh publik.
Hal ini memicu perdebatan tentang bagaimana seharusnya seorang ulama bersikap dan berbicara dalam masyarakat yang majemuk.
(Saepul)