BANDUNG, PANJIRAKYAT: Zona megathrust, yang merupakan kawasan dengan aktivitas seismik taraf tinggi akibat subduksi lempeng, mulai dari Jepang hingga Chile di Amerika Selatan.
Namun, Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di kawasan Ring of Fire, merupakan salah satu wilayah yang paling rentan terhadap fenomena ini.
Berdasarkan penilitian dari H. Kopp, D. Hindle, D. Klaeschen, O. Oncken, C. Reichers, dan D. Scholl melalui sebuah jurnal bernama “Anatomy of the Western Java Plate Interface from Depth-Migrated Seismic Images” pada tahun 2009, menuliskan zona megathrust yang menerangkan karakteristik yang unik daripada dengan zona yang ada di dunia.
Zona Megathrust di Indonesia
Jurnal tersebut mengungkapkan, megathrust di Indonesia terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan selatan Pulau Sumatra.
Citra seismik yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan detail struktural lempeng dan busur muka di Jawa Barat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa batasan Sunda bagian tengah, yang membentang dari lepas pantai Jawa bagian barat hingga Sumatera bagian selatan, menandai transisi dari konvergensi ortogonal di timur menuju subduksi miring di barat laut.
Kopp bersama timnya mencatat, zona megathrust di Jawa Barat memiliki karakteristik yang berbeda daripada dengan zona megathrust di Jepang dan Barbados.
Misalnya, wilayah Nankai, Jepang serta di Barbados, Amerika Utara menunjukkan reflektor dekolemen yang seragam dan kontinu.
Berbeda di Jawa Barat, antarmuka lempeng menunjukkan pola nonlinier yang tidak teratur secara spasial, dengan relief morfologi gunung laut yang tersubduksi dan bercak sedimen yang lebih tebal dari rata-rata.
Penelitian ini mencatat kawasan Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat, yang mengalami gempa berkekuatan 7,7 Magnitudo pada tahun 2006.
Gempa tersebut, yang berjarak sekitar 225 km barat daya dari Pangandaran, menyebabkan tsunami yang signifikan.
Profil seismik yang diambil 100 km di sebelah barat lokasi gempa menunjukkan bahwa zona dekolemen yang heterogen memengaruhi perilaku gesekan pada lingkungan subduksi dangkal tempat gempa terjadi.
Pola yang Berbeda
Pola bergantian zona kontak gesekan yang terhubung dengan relief dasar samudra dan bercak material lemah dari sedimen bawah permukaan dapat memengaruhi kopling seismik dan distribusi slip yang heterogen.
Penelitian ini menyoroti peran patahan splay yang sangat miring, yang dapat menyebabkan perpindahan vertikal dasar laut yang signifikan, berpotensi menimbulkan tsunami seperti yang terjadi pada 17 Juli 2006.
Ketimbang dengan zona megathrust lainnya, seperti di Barbados, Cascadia atau Nankai, zona megathrust di Jawa Barat menunjukkan karakter yang tidak beraturan.
Data pencitraan yang ada di kawasan ini tidak cukup mendetail untuk sepenuhnya memahami perubahan sifat fisik sepanjang zona megathrust tersebut.
Dalam konteks ini, penelitian Kopp dan rekan-rekannya memberikan wawasan berharga tentang dinamika megathrust di Indonesia.
(Saepul)