JAKARTA, PANJIRAKYAT: Setiap hari raya Natal, pohon natal menjadi keindentikan momen. Dalam kelahiran Yesus ini sering kali muncul.
Meski sering menghiasi hari raya tersebut, sebagian Agama Kristen masih merasa ragu akan relevansi pohon Natal dalam perayaan tersebut.
Keraguan Kristen pada Pohon Natal
Ketidaksakralan hiasan pohon ini dalam Agama Kristen, terbagi menjadi dua. Pertama, pohon Natal dianggap sebagai bagian dari tradisi pagan.
Kemudian, munculnya pandanganobjek ini tidak pernah tersebut dalam Alkitab, sehingga dianggap tidak perlu dalam perayaan kelahiran Yesus.
Perspektif Alkitab
Melansir dari laman Jawaban, berdasarkan Alkitab, memang tidak ada ayat yang secara spesifik memerintahkan atau melarang penggunaan hiasan ini.
Beberapa orang merujuk pada Yeremia 10:1-16, yang menyebutkan larangan menebang dan menghias pohon dengan cara tertentu, serupa dengan tradisi Natal.
Namun, jika diperiksa lebih teliti, ayat tersebut sebenarnya merupakan peringatan dari Yeremia kepada umat Tuhan agar tidak melakukan penyembahan berhala yang dibuat dari kayu, perak, dan emas.
Hal serupa juga tertuang dalam Yesaya 44, di mana Yesaya mengecam praktik penyembahan berhala oleh mereka yang menebang pohon, membakar sebagian kayu untuk menghangatkan diri, dan menggunakan sisanya untuk membuat berhala yang mereka sembah.
Dengan demikian, bahwa hiasan ini tidak disembah atau dijadikan objek doa, ayat-ayat ini tidak relevan.
Apapun tradisi yang diikuti, motif di balik setiap keputusan orang percaya haruslah untuk menyenangkan Tuhan. Roma 14:5-6 memberikan prinsip kebebasan dalam merayakan Natal.
Setiap orang memiliki kebebasan untuk merayakan kelahiran Juru Selamat dengan caranya masing-masing. Tuhan justru akan sedih jika orang Kristen saling menyalahkan tradisi Natal yang dilakukan gereja atau saudara seiman lainnya.
Saat ini, yang terpenting dari Natal bagi Agama Kristen bukanlah bagaimana gereja atau individu merayakannya, tetapi pada fokus perayaan itu sendiri. Natal harus selalu berpusat pada Tuhan, bukan pada hiasan pohon cemara tersebut sebagai ornamen, kemeriahan, atau kesibukan persiapannya.
(Saepul)