KABUL, PANJI RAKYAT: Para perempuan Afghanistan melakukan gerakan revolusi, sebagai perlawanan pada penguasa negaranya yang telah merampas hak-hak mereka.
Dari salah satu aktivis perempuan itu bernama Donya Safi, gerakan ini bertujuan untuk memprotes ketidakadilan di Afghanistan dan ketidaksetaraan bagi kaum perempuan.
BACA JUGA: Keputusan Cawapres Ada di Tangan Anies, Tapi AHY Berharap Lebih?
Gerakan revolusi ini, telah banyak dukungan dari sejumlah pihak wanita, diantaranya terdiri dari golongan pelajar, guru, serta mantan pegawai pemerintah yang dipecat karena larangan perempuan bekerja oleh Taliban.
Menurut aktivis tersebut, peran perempuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan masyarakat. “Alih-alih dilibatkan, perempuan di Afghanistan justru semakin dijauhkan dari kehidupan publik dan kegiatan masyarakat,” ujar Safi, seperti dimuat TOLO News pada Sabtu (24/2).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan pernyataan, bahwa perempuan di Afghanistan telah terasingkan di negaranya sendiri.
Lalu, dari Juru Bicara Taliban, Zabiullah Mujahid membantah Sekjen PBB itu. Berujar, bahwa negaranya itu telah menegakan hak-hak perempuan.
Ia juga meminta pada internasional, untuk berhenti menekan Taliban yang mengangkat isu masalah perempuan di sana.
Pada keputusan yang dikeluarkan Taliban terbaru, para siswa perempuan dilarang ujian untuk memasuki Universitas.
Keputusan itu juga menyusul keputusan lain, Taliban telah melarang perempuan bekerja di organisasi non-pemerintah, yang memicu kemarahan baik di tingkat nasional maupun internasional.