JAKARTA, PANIRAKYAT: Sebuah studi asal Denmark membeberkan, hubungan antara polusi dan masalah infertilitas, baik pada pria maupun wanita. Hasil penilitian yang terbit dalam British Medical Journal (BMJ) ini, menemukan bahwa paparan polusi udara dan suara dapat berdampak negatif pada kesuburan pada pria.
Hasil penelitian yang dilaporkan Euro News, pria yang terpapar polusi udara selama waktu rata-rata tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah infertilitas.
Relevansi Polusi dengan Kesuburan Pria
Temuan ini memperkuat bukti yang ada mengenai dampak partikel kecil udara pada sperma pria. Polusi udara, terutama partikel PM2.5 yang berasal dari knalpot mobil dan asap pembangkit listrik, telah berkaitan dengan penurunan kualitas sperma, termasuk motilitas dan jumlah sperma.
Selain itu, jurnal ini mengemukakan hubungan antara polusi suara dan infertilitas pada wanita berusia 35 hingga 45 tahun, sebuah penemuan yang sebelumnya belum umum.
Meskipun polusi suara berdampak signifikan pada kesuburan wanita dalam kelompok usia ini, pengaruhnya terhadap pria berusia 37 hingga 45 tahun tampaknya tidak terlalu kuat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan kebisingan lalu lintas dan polusi suara dapat mempengaruhi kualitas tidur dan tingkat stres, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kesuburan.
Dari penelitian ini melibatkan menyasar pria dan wanita berusia 30 hingga 45 tahun yang hidup bersama atau menikah dan memiliki maksimal dua anak antara tahun 2000 hingga 2017.
Studi ini tujuannya khusus untuk wanita yang secara aktif berusaha untuk hamil, dengan lebih dari 377.000 wanita dan 526.000 pria termasuk dalam kelompok penelitian akhir.
Dari jumlah tersebut, sekitar 16.000 pria dan 22.600 wanita didiagnosis mengalami infertilitas. Mereka yang telah menjalani operasi untuk mencegah kehamilan tidak termasuk dalam kelompok studi ini.
Polisi Udara dan Suara yang Paling Masif
Penulis studi menekankan pentingnya memahami polutan lingkungan yang mempengaruhi kesuburan, terutama mengingat penurunan angka kelahiran dan peningkatan usia ibu di banyak negara Barat.
Penulis utama studi dan peneliti senior di Danish Cancer Society, Mette Sørensen menjelaskan, polusi udara dan suara adalah polutan yang paling sering terjadi di perkotaan dan mengkaji dampaknya merupakan langkah awal yang logis.
“Hipotesis kami adalah bahwa jika seseorang mengalami stres atau gangguan tidur akibat polusi suara, hal ini dapat berdampak pada kemandulan,” kata Sørensen.
(Saepul)